Ketika Pesantren Yogyakarta Belajar Kesehatan Reproduksi

Reporter

Senin, 27 Maret 2017 06:49 WIB

Ilustrasi dokter/kesehatan. Pixabay.com

TEMPO.CO, Jakarta - Fatayat Nahdatul Ulama bersama aktivis Organisasi non-pemerintah, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia atau PKBI menembus ponpes untuk sosialisasi kesehatan reproduksi remaja. Santri 14 pondok pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta kini mulai mengenal pentingnya kesehatan reproduksi remaja.

Koordinator Bidang Organisasi dan Pengkaderan Fatayat DIY, Uqbah Fahira, mengatakan pesantren selama ini dikenal sebagai tempat belajar yang punya banyak aturan. Padahal, ada banyak santri yang ingin mengakses informasi tentang kesehatan reproduksi. Selama ini, informasi yang mereka dapatkan sebatas dari kawan ke kawan.


Baca: Apa Peran Andi Narogong dalam Kasus E-KTP?

Uqbah bersama aktivis PKBI kemudian datang ke pesantren menemui pengasuh pondok pesantren untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi. Sebanyak 14 pesantren terbuka. Di antaranya Pesantren Pandanaran di Sleman. Kesempatan itu tidak disia-siakan. September 2016, mereka memulai sosialisasi kepada santri yang rata-rata berumur 16-17 tahun. Hingga kini, sosialisasi itu berjalan. Setidaknya terdapat rata-rata 100 santri di setiap pesantren yang menerima sosialisasi itu.


“Sosialisasi seputar bagaimana menjaga kebersihan genital,” kata Uqbah, Ahad, 26 Maret 2017.

Direktur Eksekutif PKBI DIY, Gama Triono mengatakan kesehatan reproduksi di pesantren penting untuk memastikan informasi didapatkan seluruh remaja. Sekolah menjadi ruang yang strategis untuk pendidikan kesehatan reproduksi. Pesantren dikenal sebagai ruang pendidikan yang memberikan porsi pendidikan agama lebih besar.


“Pendidikan kesehatan reproduksi di pesantren membekali santri tentang ilmu kesehatan reproduksi, gender, dan seksualitas yang selama ini dibatasi oleh ajaran agama,” kata Gama.

Baca: Hoax Penculikan Anak, Polisi: Pelaku Penyebar Isu Terorganisir

Para peneliti kesehatan reproduksi menyebutkan jumlah remaja yang menikah usia dini masih tinggi. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus pada 2015 menunjukkan terdapat 1,5 juta penduduk usia 15-19 tahun yang menikah dan bercerai. Mereka tinggal di perdesaan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Paling banyak pernikahan usia dini tersebar di daerah pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Timur.

Dampak dari pernikahan usia dini adalah potensi kematian untuk ibu hamil maupun anaknya. Koordinator kegiatan temu remaja dari Johns Hopkins Centre for Communication Program, Eddy Hasmi, mengatakan pusat kesehatan reproduksi pemerintah maupun organisasi non-pemerintah belum menjangkau remaja secara merata di perdesaan.

SHINTA MAHARANI

Advertising
Advertising

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

3 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

3 hari lalu

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.

Baca Selengkapnya

Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

8 hari lalu

Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

Selain memahami bahaya persalinan, ibu hamil juga harus menyiapkan keperluan untuk membantu lancarnya proses kelahiran.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

11 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

15 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

26 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

30 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

50 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

56 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

58 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya