Polisi usai melakukan penggeledahan di rumah terduga teroris Soleh Abdurrahman alias Abu Fursan di kawasan Jamika, Gang Bah Pian, Bandung, Jawa Barat, 13 Maret 2017. Abu Fursan sendiri ditangkap pada 9 Maret lalu. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Jakarta – Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap empat terduga teroris di wilayah Banten. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Rikwanto mengatakan satu orang bernama Nanang Kosim tewas dalam penyergapan yang dilakukan Kamis, 23 Maret 2017, pukul 12.00 WIB tersebut.
Rikwanto menambahkan keempat terduga teroris ini ditangkap di Ciwandan, Banten, setelah menempuh perjalanan dari Anyer dengan dua mobil. Polisi menangkap Achmad Supriyanto dan Icuk Pamulang pada mobil pertama.
Keduanya menyerah saat dihadang aparat kepolisian. “Sehingga dapat langsung ditangkap,” kata Rikwanto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 23 Maret 2017.
Namun, kata Rikwanto, Nanang Kosim dan Ojid Abdul Majid yang berada di mobil kedua, tidak kooperatif. Menurut dia, keduanya justru memacu kendaraan dan menabrak mobil petugas yang menghadang. “Sehingga dilumpuhkan oleh petugas dan dalam perjalanan ke rumah sakit tersangka Nanang meninggal dunia,” ujar Rikwanto.
Dari hasil penangkapan tersebut, kata Rikwanto, polisi menyita satu barang bukti berupa sebuah pistol. Selain itu, Abdul Madjid mengalami luka tembak di bagian tangan.
BNPT dan Densus 88 Berkolaborasi Perkuat Program Pencegahan dan Deradikalisasi
36 hari lalu
BNPT dan Densus 88 Berkolaborasi Perkuat Program Pencegahan dan Deradikalisasi
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus 88 AT) Polisi Republik Indonesia (Polri) melaksanakan pertemuan untuk memperkuat kolaborasi khususnya dalam program pencegahan dan deradikalisasi.
Cerita Eks Amir Jamaah Islamiyah Para Wijayanto soal Evaluasi dan Alasan Pembubaran JI
38 hari lalu
Cerita Eks Amir Jamaah Islamiyah Para Wijayanto soal Evaluasi dan Alasan Pembubaran JI
Amir atau pimpinan tertinggi terakhir Jamaah Islamiyah atau JI, Para Wijayanto menceritakan proses evaluasi hingga alasan deklarasi pembubaran organisasi.