Memupus Trauma Korban Kekerasan Lewat Ekspresi Tulisan  

Reporter

Rabu, 22 Maret 2017 10:58 WIB

Ilustrasi. outlookindia.com

TEMPO.CO, Yogyakarta - Inna Hudaya kesal. Perempuan yang melakukan aborsi itu sempat ketakutan karena mimpi dikejar-kejar bayi. Dia memilih aborsi karena kehamilannya tidak diinginkan. Saat itu, kandungannya berumur 6 pekan. Bermula dari pencariannya tentang aborsi lewat Internet, ia justru menemukan gambar-gambar bayi dan orok. Padahal arti aborsi berdasarkan keilmuan adalah menghentikan kehamilan sebelum usia 24 minggu dengan berat maksimal 500 gram.

"Semestinya saya takut karena dikejar-kejar gumpalan darah. Saya depresi akibat informasi yang salah," kata Direktur Samsara Indonesia itu saat berbagi cerita di hadapan pendamping penyintas kekerasan terhadap perempuan, difabel, kasus 1965, serta LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) dalam acara Workshop Menulis "Menarasikan Pengalaman, Merawat Ingatan" di Omah Kalbu, Bantul, Selasa, 21 Maret 2017.

Baca juga:
Hari Perempuan: Perempuan Jadi Korban Kekerasan...

Salah satu kata kunci untuk mengatasinya, menurut Inna, adalah melalui pendidikan seks ataupun kesehatan reproduksi sejak dini dan benar, baik di sekolah maupun dalam keluarga. Persoalannya, seks masih dianggap tabu sebagian besar keluarga dan sekolah.

"Negara melarang aborsi tapi tak bisa mencegah bagaimana agar perempuan tidak melakukan aborsi," kata Inna.

Kisah perempuan korban kekerasan pun dikisahkan Chandra Asih dari Solidaritas Perempuan (SP) Kinasih Yogyakarta. Chandra terpaksa menjadi single parent bagi anak semata wayangnya yang lahir tanpa tanggung jawab laki-laki yang seharusnya menjadi ayahnya. Kondisi lingkungan dan keluarga yang tak sepenuhnya mendukung membuatnya harus menetapkan pilihan.

Baca pula:
Netty: P2TP2A Harus Berpihak Kepada Korban Kekerasan


"Saya bergaul dengan teman-teman yang mau mendukung saya. Dari situlah, saya punya kekuatan untuk membesarkan anak saya," ucap Chandra.

Lain lagi dengan cerita Budi Tongkat dari Difabel and Friends Community yang pernah mendampingi perempuan yang diasingkan keluarganya karena difabel. Perempuan itu tak bisa berjalan karena dua kakinya mengecil akibat polio.

Sehari-hari, dia berjalan dengan mengandalkan dua tangannya. Tragisnya, perempuan tersebut harus mengalami kekerasan dari keluarga yang melarangnya keluar rumah untuk berinteraksi dengan lingkungan selama 28 tahun. "Kasus itu terkuak ketika ada program pembagian kursi roda," ujar Budi.

Rupanya, kasus serupa ditemukan saat erupsi gunung api Merapi. Banyak difabel yang ditinggal di rumah saat keluarganya mengungsi lantaran selama ini keluarga menyembunyikan keberadaan mereka dari publik.

Persoalannya, tutur Ika Ayu dari Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY), kisah-kisah itu hanya dipendam korban seorang diri. Mereka trauma untuk mengisahkan kembali masa lalunya. Sebaliknya, korban yang berani mengungkapkan justru mengalami judgment mental dari publik, misalnya dianggap ceritanya dibuat-buat. Akhirnya, mereka yang disalahkan. Media tulisan pun menjadi pilihan bagi para penyintas untuk menjalin kembali narasi-narasi kisah masa lalunya.

"Menulis untuk merawat ingatan. Bukan untuk melupakan, tapi justru menyembuhkan," kata Ika, yang menyebutkan workshop menulis sebagai trauma healing itu baru pertama kali digelar.

Inna pun mencontohkan bagaimana menuliskan narasi melalui konsep expressive writing bisa menyembuhkan trauma. Misalnya, perempuan penyintas kasus 1965 yang ketakutan saat melihat spanduk bertuliskan "Awas Bahaya Komunis" atau "Awas Bangkitnya Neokomunis" diminta menuliskan segenap emosi perasaannya, seperti ketakutan, kesedihan, dan kekecewaannya saat melihat spanduk itu.

"Penulisan dilakukan berulang-ulang sambil melihat spanduk itu. Nanti akan terbiasa," ujar Inna.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Simak:
Menteri Muhadjir Effendy Larang Anak Didik Bermain SkipChallenge




Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

2 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

10 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

14 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Istri Anggota TNI Ditahan usai Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami, Perempuan Mahardhika: Darurat Pemahaman Gender

14 hari lalu

Istri Anggota TNI Ditahan usai Bongkar Dugaan Perselingkuhan Suami, Perempuan Mahardhika: Darurat Pemahaman Gender

Perempuan Mahardhika mengatakan, polisi seharusnya melindungi perempuan seperti Anandira, korban perselingkuhan suami yang berani bersuara.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

25 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

29 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

49 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

55 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

56 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

1 Maret 2024

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat

Baca Selengkapnya