Terumbu Karang Raja Ampat Ditabrak Kapal, Berapa Kerugiannya?  

Reporter

Minggu, 12 Maret 2017 16:20 WIB

Kapal The Caledonian Sky di Raja Ampat. Foto: Stay Raja Ampat

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu terumbu karang di Raja Ampat, Papua Barat, rusak parah pekan lalu. Rantai pulau tempat keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia itu ditabrak sebuah kapal pesiar, Caledonian Sky, berbendera Bahama, ketika permukaan air laut surut. Kapal milik operator Caledonian Noble sepanjang 90 meter itu menabrak setelah perjalanan ke Pulau Waigeo pada 4 Maret 2017.

Perusahaan asal Inggris itu menyayangkan terjadinya insiden tersebut. Mereka mengatakan bakal bekerja sama sepenuhnya dengan pihak berwenang. Pihak penyidik telah memeriksa kerusakan kapal sangat minim.

Kepala Pusat Penelitian Pacific Marine Resources di Universitas Papua Ricardo Tapilatu mengatakan kapal itu menabrak terumbu karang di perairan yang surut meskipun sudah dilengkapi instrumen radar dan global positioning system.

Baca juga: Raja Salman Menuju Jepang, Presiden Jokowi Sempat Ngobrol 2 Hal

"Sebuah kapal tunda dari Kota Sorong dikerahkan untuk membantu refloat kapal pesiar, ini sesuatu yang seharusnya tidak terjadi karena kerusakan karang lebih buruk," kata Tapilatu. Ia menyebutkan kapal pesiar harus menunggu air pasang untuk mengambangkan kembali kapal.

Menabraknya Caledonian Sky, kapal seberat 4.290 ton, yang membawa 102 penumpang dan 79 awak ini mengakibatkan kehancuran habitat struktural ekosistem dan pengurangan atau hilangnya keragaman delapan jenis karang, termasuk Acropora, Porites, Montipora, dan Stylophora. "Ini adalah apa yang kami temukan selama penyelidikan kami ke situs," kata Tapilatu. "Kami sedang menyelesaikan laporan dan akan menyerahkan rekomendasi kami ke kabupaten minggu depan."

Tapilatu mengatakan tim evaluasi akan merekomendasikan perusahaan untuk membayar kompensasi US$ 800-1.200 per meter persegi, dengan total US$ 1,28-1,92 juta mengingat Raja Ampat sebagai tempat menyelam terpopuler di dunia. Biaya ini dengan tingkat standar US$ 200-400 per meter persegi.

"Jika pemilik kapal tidak setuju, maka biasanya pemerintah akan bawa ke pengadilan," kata Tapilatu.

Tapilatu menambahkan, uang itu akan digunakan untuk menghidupkan kembali karang yang diperkirakan memakan waktu sepuluh tahun. Selain itu, biaya tersebut untuk mengatur wilayah zona dangkal dan pemetaan jalur berlayar.

Baca: Kapal Pesiar Inggris Hancurkan Terumbu Karang Raja Ampat

Dia melanjutkan, pemerintah telah membicarakan masalah kompensasi dengan perusahaan kapal, ia optimistis insiden ini tidak akan sampai ke pengadilan. “Sayangnya, tidak akan ada langkah apa pun untuk kebangkitan karang jika tidak ada uang kompensasi tersebut," ujar dia.

Andi Rusandi, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan upaya konservasi berada dalam kewenangan pemerintah daerah. Caledonian Noble menegaskan komitmennya untuk perlindungan lingkungan dan mendukung penuh penyelidikan insiden ini.

ARKHELAUS | THE GUARDIAN


Berita terkait

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

27 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

59 hari lalu

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

29 Januari 2024

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

Walhi mengungkapkan kerusakan lingkungan yang diakibatkan hilirisasi industri nikel di Maluku Utara.

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Industri Nikel Merusak Hutan dan Lingkungan Indonesia

24 Januari 2024

Penelitian Sebut Industri Nikel Merusak Hutan dan Lingkungan Indonesia

Penelitian menyebutkan aktivitas industri nikel di Indonesia menyebabkan kerusakan hutan dan lingkungan secara masif.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Kritik Gibran Glorifikasi Hilirisasi Nikel Jokowi: Faktanya Merusak Lingkungan

23 Januari 2024

Greenpeace Kritik Gibran Glorifikasi Hilirisasi Nikel Jokowi: Faktanya Merusak Lingkungan

Greenpeace mengkritik Gibran yang mengglorifikasi program hilirisasi nikel Presiden Jokowi. Industri ini dinilai banyak merusak lingkungan.

Baca Selengkapnya

Di Debat Cawapres, Mahfud Kutip Surat Ar-Rum Ayat 41 Ingatkan Soal Kerusakan Alam

21 Januari 2024

Di Debat Cawapres, Mahfud Kutip Surat Ar-Rum Ayat 41 Ingatkan Soal Kerusakan Alam

Dalam debat cawapres, calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md mengatakan kerusakan alam di bumi terjadi karena tingkah laku manusia.

Baca Selengkapnya

TKN Prabowo-Gibran Bilang Perusahaan Perusak Lingkungan Harus Dihukum Seberat-beratnya

21 Januari 2024

TKN Prabowo-Gibran Bilang Perusahaan Perusak Lingkungan Harus Dihukum Seberat-beratnya

Menurut Budisatrio Djiwandono, Prabowo-Gibran akan memberikan hukuman berat kepada pihak yang merusak alam.

Baca Selengkapnya

Pesona Kali Biru, Sepotong Surga di Tanah Raja Ampat Papua Barat

11 November 2023

Pesona Kali Biru, Sepotong Surga di Tanah Raja Ampat Papua Barat

Disebut Kali Biru karena sungai di tanah Raja Ampat ini memiliki air jernih yang memancarkan warna biru dari dasarnya.

Baca Selengkapnya

Karhutla di Gunung Arjuna Capai 4.000 Hektare, Diduga Ulah Pemburu

8 September 2023

Karhutla di Gunung Arjuna Capai 4.000 Hektare, Diduga Ulah Pemburu

Karhutla di Gunung Arjuna dan sekitarnya pertama kali terpantau muncul di kawasan Bukit Budug Asu, pada Sabtu, 26 Agustus lalu.

Baca Selengkapnya

Walhi Sebut Pidato Kenegaraan Jokowi Dorong Kerusakan Lingkungan

17 Agustus 2023

Walhi Sebut Pidato Kenegaraan Jokowi Dorong Kerusakan Lingkungan

Aulia menilai pidato Presiden Jokowi sangat mencerminkan keberpihakan pemerintah terhadap padat modal.

Baca Selengkapnya