Abdul Mu'ti: Pemimpin Indonesia Mirip Lakon Petruk Dadi Ratu  

Reporter

Rabu, 8 Maret 2017 00:03 WIB

ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti menilai banyak pemimpin Indonesia dari tingkat daerah hingga pusat yang belum siap untuk menampuk tanggung jawab. Mereka ibarat cerita pewayangan Petruk Dadi Ratu.

"Petruk Dadi Ratu mencontohkan menjadi pemimpin, tapi tidak siap. Kemudian tidak menjalankan aturan sebagai mana mestinya, tidak mematuhi kode etik dan norma sosial yang seharusnya dijalankan," kata Abdul Mu'ti dalam dialog pada Rapat Kerja Nasional PKS 2017 di Hotel Bumi Wiyata Depok, Selasa, 7 Maret 2017.

Baca juga: Muhammadiyah: Revisi UU KPK Perlu Dikaji

Lakon Petruk Dadi Ratu sebagai sebuah simbol ketidakbecusan pemimpin, atau seorang yang tidak layak menjadi pemimpin, tapi dipaksakan menjadi pemimpin. Hasilnya adalah malah menimbulkan kekacauan.

Menurutnya, akibat banyak pemimpin yang dilihatnya sebagai kepemimpinan Petruk Dadi Ratu, negara dan moralitas menjadi kacau. Bahkan, Petruk Dadi Ratu merupakan fenomena yang benar-benar terjadi di Indonesia, di banyak struktur.

"Bukan cuma pusat, tapi daerah. Ada juga di kementerian, ada yang di Parpol," ujarnya. "Dinasti politik juga bagian dari Petruk Dadi Ratu, karena mengatur sedemikian rupa aturan dan berkuasa sedemikan rupanya."

Ia berharap Indonesia mempunyai pemimpin yang kuat dan konsisten terhadap undang-undang dan peraturan. Selain itu, dibutuhkan pemimpin yang menjunjung tinggi norma-norma yang menjadi karakter dan identitas suatu bangsa.

Menurut dia, tidak sedikit kepala daerah yang juga berprestasi dari tingkat kabupaten, kota sampai provinsi. Ia tidak menutup realitas, bahwa otonomi membawa percepatan kemakmuran. "Tapi, ada juga otonomi yang tidak membuat kota lebih baik," ucapnya.

Simak juga: Muhammadiyah: Mengkaitkan Wahabi dan Terorisme Tidak Relevan

Untuk mencegah terciptanya pemimpin Petruk Dadi Ratu, diperlukan kontrak dari masyarakat sipil agar pemerintahan berlangsung dengan baik. "Jangan cuma memberi cek kosong, tapi harus diatur dan diawasi regulasinya."

Selain itu, ia melihat banyak pemimpin di Indonesia, hasil dari rekayasa segelintir orang. Mereka menentukan orang yang menjadi pemimpin, karena mempunyai kekuatan finansial.

Pemilik modal, kata dia, bisa mengendalikan dan membeli kekuasaan serta jabatan dengan uang mereka. Sehingga orang yang mempunyai integritas dan kapasitas tersingkir. "Harus didorong agar demokrasi di Indonesia lebih subtantif, bukan demokrasi prosedural," ujarnya.

IMAM HAMDI

Berita terkait

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

2 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

3 hari lalu

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

Kolaborasi antara Baznas dengan Muhammadiyah dalam pemanfaatan dana zakat, bisa memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan umat

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

4 hari lalu

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

Darmaningtyas mengatakan tak masalah jika Mendikbud era Prabowo dari Muhammadiyah, asal tokoh tersebut berlatar belakang dunia pendidikan.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

5 hari lalu

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

Apa kata Ketum Muhammadiyah soal gugatan PDIP di PTUN?

Baca Selengkapnya

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

8 hari lalu

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

Reaksi PBNU, PP MUhammadiyah, Kadin Terhadap Penetapan Prabowo - Gibran Pemenang Pilpres 2024 oleh KPU

Baca Selengkapnya

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

8 hari lalu

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

Muhammadiyah menyatakan belum ada pembahasan soal formasi kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

10 hari lalu

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

Haedar Nashir puji Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang menerima hasil putusan MK.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

10 hari lalu

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara ihwal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sengketa hasil Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

21 hari lalu

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

Masih ingat Lebaran 2011, saat pemerintah mundurkan sehari Idul Fitri. Emak-emak protes opor yang sudah dibuat tak jadi disantap esok hari.

Baca Selengkapnya

Fakta Lebaran 2024: Idul Fitri Bersamaan, Kecelakaan Fatal Contraflow, sampai Mbah Benu 'Telepon' Allah

24 hari lalu

Fakta Lebaran 2024: Idul Fitri Bersamaan, Kecelakaan Fatal Contraflow, sampai Mbah Benu 'Telepon' Allah

Lebaran 2024 diwarnai sejumlah fakta menarik, termasuk perayaan Idul Fitri 1445 H yang dilakukan bersamaan oleh Muhammadiyah dan pemerintah

Baca Selengkapnya