Presiden Jokowi (kanan), Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud (kedua kanan), Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Menko PMK Puan Maharani melakukan selfie di Istana Merdeka, Jakarta, 2 Maret 2017. Dalam kunjungannya Raja Arab Saudi ini menyatakan ingin bertemu cucu dari Presiden pertama RI, Soekarno. SETPRES/Agus Suparto
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai bahwa kedatangan Raja Salman meningkatkan citra Presiden Joko Widodo. "Citra Jokowi sedikit tertolong dengan kehadiran Raja Salman. Pasca 411 dan 212 citra Jokowi terus menurun akibat dicitrakan melindungi Ahok dan berseberangan dengan Islam," kata Hendri, Sabtu malam, 4 Maret 2017.
Namun Hendri menyayangkan kunjungan Raja Salman kurang bermakna bagi Rakyat Indonesia. Karena Istana lebih berkonsentrasi dengan penyampaian pesan kunci yang tidak jauh dari pencitraan, seperti kehujanan saat berusaha memayungi Raja Salman.
"Hal yang menjadi sangat mendasar dan ditunggu pembahasannya seperti penanganan korban crane jatuh serta perlakuan untuk lebih menghargai TKI kita tidak termasuk dalam hal yang secara kuat disampaikan ke publik," kata Hendri.
Istana pun terkesan membiarkan terhadap meme atau cerita tidak penting dari kunjungan ini, seperti selfie dengan Raja Salman dan cerita hiperbola Ahok bersalaman dengan Raja Salman. Kemudian, Hendri menyimpulkan secara singkat, lagi-lagi kunjungan besar ini dipandang dari komunikasi politik hasilnya hanya sebatas perbaikan citra untuk Jokowi dan Ahok saja.