TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Utama (Sestama) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga kerja Indonesia (BNP2TKI), Hermono, mengatakan sampai saat ini lembaganya tidak pernah menerima laporan tentang perdagangan organ manusia. "Sejauh ini tidak ada laporan," katanya saat dihubungi Selasa 28 Februari 2017.
Menurut Hermono, proses pendonoran organ tubuh membutuhkan proses yang panjang. Pendonor harus melakukan pengecekan kesehatan, lalu ada pula pencocokan darah antara pendonor organ dan penerima. Proses yang lama itu akan mempercepat petugas keamanan mendeteksi bila ada buruh migran Indonesia menjadi korban perdagangan organ tubuh. "Lagipula, pemberian organ itu biasanya atas persetujuan pendonor."
Sri Rabitah, buruh migran asal kabupaten Lombok Utara mengaku kehilangan salah satu ginjalnya sewaktu bekerja di Doha, Qatar. Sri pernah menjadi pekerja rumah tangga di Doha melalui agen penyalur tenaga kerja PT BLK LN Falah Rima Hudaity Bersaudara. Perempuan yang bersekolah hanya sampai kelas IV sekolah dasar itu sempat bekerja di rumah keluarga Madam Gada, lalu dipindahkan ke rumah orang tua Madam Gada.
Tanpa alasan jelas, keluarga Madam Gada memaksa Sri ke rumah sakit untuk dibius dan dibawa ke ruang operasi. Ketika sadar, di tubuhnya telah ada bekas jahitan dan ia kencing darah melalui selang. Dari rumah sakit, Sri dibawa ke kantor tenaga kerja Indonesia di Al Jazera dan dipulangkan ke Indonesia.
Hermono mengatakan selama ini lembaganya hanya menerima laporan tentang perdagangan organ tubuh manusia dari keluarga korban yang menerima jenazah buruh migran. Buruh migran Indonesia beberapa kali terlibat kriminal atau terbunuh di negara tempat kerjanya. Lalu petugas keamanan setempat mengotopsi jenazah buruh migran itu. "Ketika jenazah diterima keluarga, mereka berpikir jahitan di tubuh itu merupakan bukti operasi penjualan organ tubuh."
Hermono sudah mendapatkan laporan tentang perkembangan Sri Rabitah. Menurut dia, Wakil Rumah Sakit Umum Daerah Mataram menyatakan bahwa organ ginjal Sri masih utuh. Meski dia mengakui ada selang di saluran pembuangan Sri. "Pada awal Maret akan ada operasi mengangkat selang di tubuh Sri itu." Ia berusaha meyakinkan Sri bukan korban perdagangan organ tubuh manusia.
Sri pun ditawarkan untuk mengecek ulang di Jakarta bila merasa masih ragu dengan pernyataan RSUD Mataram. "BNP2TKI akan membayar tes itu."
BNP2TKI, ujar Hermono, sudah meminta bantuan Kementerian Luar Negeri untuk meminta rekam medis saat mengoperasi Sri di Doha, Qatar untuk mengetahui apa yang menyebabkan Sri dioperasi. "Kami juga akan bandingkan rekam medis Sri di Doha dengan rekam medis Sri sesaat sebelum berangkat."
Hermono akan mengusut agen penyalur buruh migran yang memberangkatkan Sri ke Timur Tengah. Ia pun akan mencari tahu perusahaan asuransi yang bertanggung jawab atas Sri. "Kami tidak akan tinggal diam."