(kiri - kanan) Komisi Fatwa MUI Prof. Dr. Hasannudin AF, Ketua MUI Dr. KH Maruf Amin, Sekretaris MUI, Asrorum Niam saat konpers tentang Gafatar di Kantor MUI, Jakarta, 3 Februari 2016. TEMPO/Amston Probel
TEMPO.CO, Purwakarta - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Ma'ruf Amin tidak menerima kunjungan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok meski bertujuan meminta maaf.
"Yang lalu sudahlah berlalu. Kan, saya juga sudah maafkan dia (Ahok)," kata Ma'ruf saat ditemui Tempo seusai peluncuran program Pendidikan Kitab Kuning di Sekolah Umum, di Kabupaten Purwakarta, Kamis, 23 Februari 2017.
Lagi pula, ujar Ma'ruf, kalau Ahok diterima, berarti permintaan silaturahmi dari Anies Baswedan, calon Gubernur DKI Jakarta yang lain, juga harus dia terima. "Daripada menimbulkan conflict of interest dalam pilkada ini, lebih baik saya tolak keduanya," kata Rois A’am PBNU itu.
Menurut Ma'ruf, waktu untuk menerima Ahok mungkin terbuka setelah pilkada Gubernur DKI Jakarta putaran kedua yang tinggal menghitung hari itu. "Ya, itu mungkin saja," kata dia.
Ma'ruf pun mengharapkan semua persoalan sosial, politik, dan kenegaraan di Indonesia bisa diselesaikan pasca-penetapan pemenang pilkada serentak, termasuk pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang akan masuk putaran kedua itu.
Mengenai adanya gerakan-gerakan yang mengatasnamakan umat Islam, Ma'ruf juga memprediksi akan segera berakhir. "Ormas Islam yang anti-kebangsaan dan Pancasila, silakan itu diurus atau berurusan dengan pihak keamanan," ujarnya.