Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, memberikan pandangan Partai terhadap isu nasional terkini di Cikeas, Bogor, 10 Juni 2016. SBY menyampaikan tujuh isu penting, terutama pada isu Ekonomi dan Hukum. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Hasil hitung cepat sejumlah survei dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta menempatkan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi masuk putaran kedua. Jika dilihat peta politiknya, menurut Adi Prayitno, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, kekuatan keduanya relatif berimbang. "Penentu kemenangan terletak pada sejauh mana kemampuan keduanya meraih suara pendukung Agus-Sylvi," katanya sambil menekankan peran Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bisa pula menjadi bandul kemenangan.
Berbagai kemungkinan migrasinya partai-partai Islam, seperti Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Amanat Nasional, telah banyak pula diulas. Adi Prayitno pun menangkap pertanyaan publik tentang Partai Demokrat akan ke mana merapatkan barisan.
"Sepertinya SBY akan bersikap sama seperti pilpres 2014," ucap Adi kepada Tempo, Minggu, 19 Februari 2017. "Ia bersikap netral, membebaskan pemilihnya mendukung dua kandidat tersisa, meski mayoritas elite dan pendukung Partai Demokrat memiliki kecenderungan lompat ke Anies."
Adi Prayitno menilai sikap SBY dalam pilkada DKI putaran kedua nanti akan netral dan berposisi sebagai penyeimbang antara kubu Anies-Sandi dan Ahok-Djarot, meskipun ia membebaskan pendukungnya memilih.
"Sebab itulah, tak mudah membaca ke mana arah migrasi dukungan Agus-Sylvi pada putaran kedua. Peluangnya masih 50 : 50, bergantung pada kemahiran dan komunikasi politik yang dibangun kedua calon kepada kubu Agus-Sylvi, termasuk dalam hal ini kepada SBY," tutur Adi.