Buruh Migran Indonesia Masih

Reporter

Selasa, 14 Februari 2017 20:31 WIB

Menlu Retno, LP Marsudi (tengah), bertemu puluhan buruh migran Indonesia yang bermasalah di penampungan KBRI Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 29 Mei 2015. Foto: Kemlu RI

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pusat Studi Migrasi Migrant Care Anis Hidayah mengatakan masih banyak pemberangkatan buruh migran ilegal ke Timur Tengah meski pemerintah menerapkan moratorium pada 2015. "Tahun 2015-2016 masih ada temuan kami ribuan perempuan tetap diberangkatkan ke Timur Tengah, terutama ke Arab Saudi," ujar Anis di D Lab Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Februari 2017.

Survei Migrant Care yang dilakukan di Bandara Soekarno Hatta setelah moratorium, sebanyak 2.793 pekerja rumah tangga masih diberangkatkan ke Timur Tengah. Sebanyak 1.021 di antaranya adalah pekerja rumah tangga yang berangkat pertama kalinya dan menggunakan visa dengan alasan umroh, ziarah, dan mengunjungi keluarga.

Baca:
Disebut 'Babu', Buruh Migran Anggap Fahri Hamzah ...

Buruh Migran Kecam Cuitan Fahri Hamzah di Twitter

Di tempat tujuan, para pekerja rumah tangga yang diberangkatkan itu hanya ditampung dan tidak dipekerjakan. "Mereka tidak hanya diperdagangkan tapi dijadikan bola bisnis,” kata Anis. Mereka ditempatkan tapi tidak dipekerjakan. “Mereka ditampung dan dipulangkan kembali."

Ada pula yang seperti Neneng. Neneng diberangkatkan ke Arab Saudi pada masa moratorium dipekerjakan tanpa istirahat dan tidak digaji. Selama di Arab Saudi, dia dipekerjakan dari satu majikan ke majikan lain dan diperjualbelikan sebagai pekerja PRT.

Baca juga: Peneliti UGM: Pola Perekrutan Buruh Migran Mirip Kerja ...

"Satu setengah bulan bekerja, saya minta berhenti karena nggak ada istirahatnya,” kata Neneng. Ia lalu dikembalikan ke agen, tapi kemudian dipekerjakan lagi ke majikan yang berbeda.

Setelah satu setengah bulan bekerja di majikan kedua, ia mendapat majikan baru lagi. Setelah delapan bulan bekerja, karena lelah dan sakit serta tidak digaji, Neneng meminta dipulangkan ke Indonesia kepada majikannya. Namun tidak diizinkan. "Minta-minta gaji tidak dikasih," kata Neneng.

Neneng diberangkatkan pada 2015. Ia mengaku berangkat dengan visa sebagai petugas kebersihan. Namun nyatanya menurut keterangan Neneng, saat tiba di Arab Saudi, ia dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga.

Anis mengatakan pemerintah harus segera mengevaluasi kebijakan moratorium. Karena nyatanya kebijakan itu tidak efektif mencegah terjadinya jual-beli manusia. "Moratorium ini macam kertas hanya menakut-nakuti Arab Saudi. Tapi nyatanya pemerintah tidak berbuat apa-apa."

ENDRI KURNIAWATI | DR

Berita terkait

Lindungi Buruh Migran, Polri Bentuk Tim Khusus Pidana Ketenagakerjaan

21 jam lalu

Lindungi Buruh Migran, Polri Bentuk Tim Khusus Pidana Ketenagakerjaan

Polri menyoroti keselamatan buruh hingga sengketa buruh vs pengusaha, sehingga dirasa perlu pendampingan dari polisi.

Baca Selengkapnya

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

25 hari lalu

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

Nurul Huda menggugah perhatian publik. Video curhatnya tentang pengalaman disiksa oleh majikannya di Oman menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

31 hari lalu

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

Migrant Watch menilai kasus magang ke Jerman lebih tepat dikatakan sebagai kesalahan prosedur penempatan mahasiswa ketimbang TPPO.

Baca Selengkapnya

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

37 hari lalu

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

Dengan iming-iming magang di Jerman, para pelaku melakukan TPPO dengan menjebak dalam program Ferienjob

Baca Selengkapnya

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

38 hari lalu

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

Kasus TPPO menyasar dunia pendidikan. Selain Ferienjob, kasus perdagangan orang sempat masuk ke sekolah (SMK) menggunakan modus lain.

Baca Selengkapnya

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

41 hari lalu

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

Migrant Care menyatakan PPLN Kuala Lumpur menunjukkan bobroknya penyelenggara pemilu dan tunduk pada keinginan parpol.

Baca Selengkapnya

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

52 hari lalu

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

Migrant Care menemukan hanya segelintir pemilih yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) hadir saat pencoblosan ulang di Kuala Lumpur Malaysia

Baca Selengkapnya

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

53 hari lalu

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

Migrant Care menyoroti berkurangnya jumlah pemilih dalam pemungutan suara ulang yang akan digelar di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

1 Maret 2024

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

Migrant Care, mengungkap dugaan praktik jual beli surat suara pemilu di Malaysia. Surat suara pemilu itu dijual dari harga 25-50 Ringgit Malaysia

Baca Selengkapnya

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

27 Februari 2024

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

Migrant Care mengungkap modus dugaan jual beli surat suara di Malaysia. Harga per satu surat suara dihargai sekitar Rp 90 ribu-120 ribu.

Baca Selengkapnya