Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang baru di Jalan Kuningan Persada, Kuningan, Jakarta. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Bandung -Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menyatakan, banyaknya penangkapan oleh lembaganya tidak menaikkan indeks persepsi korupsi Indonesia.
“Nangkep-nangkepin orang itu gak keren. Buktinya, kita OTT (operasi tangkap tangan) 18 kali tahun kemarin, Indeks Perpepsi Korupsi hanya naik 1 saja,” kata dia di Bandung, Jumat, 10 Februari 2017.
Saut membandingkan hasil pemeringkatan Indeks Korupsi Indonesia tahun-tahun sebelumnya yang bisa naik 2 poin dengan jumlah OTT lebih sedikit. “Tahun sebelumnya, nangkepin cuma 5 orang tapi (Indeks Persepsi Korupsi) naik 2 (poin). Tahun 2016 ini, naiknya 1 poin padahal effort kita cukup banyak,” kata dia.
Menurut Saut, penilaian lembaga institusi dunia memberi gambaran bagiamana dunia internasional memandang Indonesia. “Bagi orang asing (nangkepin koruptor) juga tidak menarik. Bagaimana 8 lembaga institusi dunia menilai Indonesia itu seperti apa? Yang dinilai sangat kompleks, tapi lebih pada pelayanan publik, lingkungan yang bersih, praktek pertambanganya gimana, pajaknya, itu yang dinilai,” kata dia.
Saut mengatakan, satu-satunya penilaian lembaga internasional yang naik ada penilaian resiko ekonomi politik Indonesia. “Dari ‘political-echonomical risk potency’ naik 2 poin, mungkin mereka menilai Indonesia politiknya agak stabil, tapi yang lainnya turun,” kata dia.
Saut menambahkan, untuk menaikan penilaian persepsi atas Indonesia, satu-satunya cara dengan penerapan praktek good governance. “Apa yang disimpulkan dari sini bahwa kalau kita komit menciptakan good governance, tranparansi dan keterbukaan dan itu yang diniai,” kata dia lagi.