Begini Awal Penyakit 'Manusia Kayu' yang Diderita Sulami
Editor
Eko Ari Wibowo
Jumat, 20 Januari 2017 15:33 WIB
TEMPO.CO, Sragen – Tubuh Sulami, yang kurus kering, terbujur kaku di atas dipan yang sederhana. Tubuhnya nyaris tidak bergerak, hanya matanya yang terlihat masih terbuka dan berusaha melihat ke sekelilingnya. Meski masih bisa berbicara, suaranya tidak begitu jelas lantaran gerak rahangnya tidak begitu bebas.
Selama belasan tahun, wanita berusia 35 tahun ini menjalani kehidupannya dengan tubuh kaku, yang dikenal sebagai penyakit punggung kayu, tanpa bisa bergerak. Tubuhnya hanya bisa lurus tanpa bisa ditekuk untuk membungkuk maupun duduk. Meski masih bisa berjalan—dengan bantuan orang lain—Sulami lebih banyak menghabiskan hidupnya di atas tempat tidur.
Penyakit yang tidak lazim itu dirasakan oleh Sulami sejak masih berusia sekolah dasar. Saat itu, dia merasakan sebuah benjolan di lehernya. “Benjolan itu lama-lama menjadi luka karena sering digaruk,” kata Sulami, Jumat, 20 Januari 2017.
Lihat juga: Derita Sulami yang Menjadi ‘Manusia Kayu’
Bersamaan dengan itu, tubuhnya satu per satu menjadi kaku. “Pada awalnya hanya bagian jari,” katanya. Lama-kelamaan, anggota tubuh yang lain mengalami hal yang sama, seperti tangan, kaki, punggung, dan leher.
Penyakit itu mencapai puncaknya sejak 12 tahun silam. Hampir semua tubuhnya kaku dalam kondisi membujur lurus tanpa bisa ditekuk. Selain itu, terdapat luka di kedua kakinya yang tidak kunjung sembuh selama bertahun-tahun.
Untuk bisa berdiri, Sulami harus diangkat dan diturunkan dalam posisi berdiri. Sebenarnya, dia masih bisa sedikit berjalan dengan bantuan tongkat. Namun luka di kaki mengganggu aktivitasnya itu. Kondisi itu membuat warga Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen, itu lebih banyak berdiam di kamar.
Dari keterangan dokter yang diperolehnya, Sulami mengatakan penyakit yang dideritanya merupakan pengapuran sendi dan tulang. Penyakit itu membuat semua tulang dan sendinya menyatu sehingga tidak bisa ditekuk.
AHMAD RAFIQ