Lokasi Gempa Terbaru Dekat Sumber Gempa Aceh 2004
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Rabu, 18 Januari 2017 16:15 WIB
TEMPO.CO, Bandung – Gempa bermagnitudo 5,2 yang terasa di Sabang serta pesisir barat Aceh, Selasa, 17 Januari 2017, pukul 18.48, bersumber di dekat lokasi titik Gempa Aceh 2004. Begitu pula sumber gempa yang terasa pada 13 Januari 2017 dengan magnitudo 5,4. Berada di laut, gempa-gempa tersebut terjadi di zona subduksi.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono menyebutkan, gempa yang terasa di utara Aceh kemarin itu disebabkan oleh aktivitas subduksi. Penunjaman lempeng India yang menyusup ke lempeng mikro Burma itu bergerak 6 sentimeter per tahun.
Pergerakan lempeng itu mengarah ke utara dan timur laut. Lempeng India merupakan bagian dari lempeng besar India-Australia, sementara lempeng mikro Burma merupakan bagian dari lempeng besar Eurasia.
Lindu yang tergolong dangkal itu muncul dari kedalaman 54 kilometer dan tidak mendatangkan tsunami. Sebelumnya, BMKG mencatat kekuatan gempa bermagnitudo 5,6 dari kedalaman 10 kilometer. Angka tersebut kemudian dikoreksi berdasarkan hasil pemutakhiran analisis BMKG.
Berdasarkan hasil analisis BMKG, intensitas gempa dirasakan di Banda Aceh dan Meulaboh dengan skala II versi BMKG atau setara dengan III skala MMI. Sedangkan di Pidie Jaya dan Lhokseumawe, getaran gempa terasa dengan skala I versi BMKG atau I-II skala MMI.
Episentrum atau pusat gempa tersebut di titik koordinat 6,09 derajat LU dan 93,24 derajat BT. Sedangkan gempa pada 13 Januari 2017 bermagnitudo 5,4 berada di titik 5,36 derajat LU dan 94,66 derajat BT. Kedua lokasi episentrum tersebut, kata Daryono, dekat dengan sumber gempa dahsyat Aceh 26 Desember 2004 di koordinat 3,316 derajat LU dan 95,854 derajat BT dari kedalaman 30 kilometer bermagnitudo 9,3. “Potensi gempanya luas dari barat Aceh sampai Kepulauan Andaman-Nicobar di utara,” kata Daryono, Rabu, 18 Januari 2017.
Untuk peringatan dini gempa dari laut di utara Aceh itu, BMKG mengandalkan pemodelan tsunami. “Jadi, kita bisa tahu bahaya tsunami yang mengancam pantai kita,” ujarnya.
Dengan pemodelan Tsunami Observation And Simulation Terminal, BMKG bisa memperkirakan ketinggian tsunami dan kapan tiba di pantai dari gempa kuat. Setibanya di pantai, kata Daryono, BMKG mengkonfirmasinya dengan data pasang-surut air laut hasil dari alat pemantau Tide Gauge atau Tsunami Gauge.
ANWAR SISWADI