Polri: Operasi Terorisme Berkembang, Makin Sulit Diusut  

Reporter

Selasa, 27 Desember 2016 17:05 WIB

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar memberi keterangan pers seputar persiapan aksi 2 Desember di Meradelima, Kebayoran Baru, Jakarta, 1 Desember 2016. Tempo/Rezki Alvionitasari.

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar menyatakan pencegahan aksi terorisme sekarang ini semakin menantang dibanding sebelum-sebelumnya. Sebab, model operasi teroris terus berkembang, misalnya dalam hal memilih tempat persembunyian.

"Teroris yang kemarin tertangkap di Purwakarta ternyata bersembunyi di keramba. Siapa yang menduga," ucap Boy di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Selasa, 27 Desember 2016.

Teroris yang dimaksud Boy adalah empat teroris yang berhasil dicegah aksinya pada Ahad, 25 Desember 2016. Mereka diketahui hendak menyiapkan aksi penyerangan ke pos polisi Bunder, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, pada malam tahun baru. Empat orang itu adalah Ivan, Rijal, Abu Sofi, dan Abu Faiz.

Boy mengatakan, pada aksi-aksi sebelumnya, teroris lebih memilih rumah kos-kosan atau kontrakan sebagai tempat yang aman untuk mempersiapkan aksinya. Sekarang teroris memilih lokasi yang sulit ditelusuri, seperti keramba.

"Tapi kami bersyukur bisa mencegah rencana aksi mereka," ujar Boy. Dia yakin masih banyak tempat persembunyian aman terpencil lain yang belum berhasil diungkap kepolisian.

Menurut Boy, bentuk komunikasi teroris terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Pada era sekarang saat Internet mudah didapat dan telepon genggam mudah dibeli, teroris secara rutin mengganti akun sosial media, nomor telepon, dan telepon genggam untuk berkomunikasi dengan rekan "seprofesi".

"Setiap saat bisa berganti. Kami harus terus mencermati (agar tidak lolos)," tutur Boy.

Regenerasi teroris yang mulai menyasar anak-anak dan perempuan, kata Boy, juga merupakan perkembangan baru dalam operasi terorisme saat ini. Menurut dia, pelaku teror sekarang kerap mengajak keluarganya ke daerah konflik. Di sana, perempuan dan anak-anak dibiarkan berkembang di lingkungan radikal, sehingga nantinya berpotensi bergabung ke kelompok-kelompok terorisme.

Selain itu, situasi di negara teroris berada membuat pencegahan aksi semakin sulit. Kebanyakan teroris berada di wilayah konflik, seperti teroris Bahrun Naim yang berada di Aleppo, Suriah. Negara yang berkonflik, ujar Boy, sulit diajak bekerja sama dalam hal intelijen.

"Tidak mudah berkoordinasi dengan pemerintah yang negaranya seperti itu. Tapi mau-enggak mau tetap harus diupayakan. Kalau dibiarkan, teroris di sana akan terus menginstruksikan jaringannya melakukan aksi di Indonesia," tutur Boy.

ISTMAN M. P.

Baca juga:
BREAKING NEWS: La Nyalla Bebas
Sidang Ahok, Ibu-ibu Berseragam Pink Ramaikan Pengadilan






Advertising
Advertising







Berita terkait

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

4 jam lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

17 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

18 jam lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

1 hari lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

1 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

1 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

1 hari lalu

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

Korlantas Polri mengungkap, terdapat banyak lembaga negara yang membuat pelat kendaraan dinas dan STNK khusus sendiri.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

1 hari lalu

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

Komnas HAM menggunakan 127 indikator untuk mengukur pemenuhan kewajiban negara dalam pelaksanaan HAM.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

2 hari lalu

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

Yusri juga berharap, TNI dan Polri memiliki frekuensi yang sama dalam mengatasi berbagai permasalahan itu.

Baca Selengkapnya

TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali

2 hari lalu

TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali

TPNPB-OPM menyatakan menembak empat anggota aparat gabungan TNI-Polri. Penembakan itu terjadi pada Rabu, 1 Mei 2024. Keempat orang itu ditembak saat mereka sedang berpatroli.

Baca Selengkapnya