Rakyat Adat Bali Tolak Reklamasi Kepung Kantor Gubernur
Editor
Abdul Djalil Hakim.
Kamis, 22 Desember 2016 23:02 WIB
TEMPO.CO, Denpasar - Puluhan ribu warga adat Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa, Kamis, 22 Desember 2016, mengepung Kantor Gubernur Bali di Jalan Basuki Rakhmat, Nomor 1, Denpasar.
Mereka melakukan aksi longmarch memenuhi jalan mengelilingi lapangan Niti Mandala Renon. Sepanjang jalan bergemuruh suara kulkul (kentongan bambu) yang dibunyikan oleh para massa perserta aksi.
Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) I Wayan 'Gendo' Suardana saat berorasi di depan Kantor Gubernur Bali mengatakan, menjelang 2017 perjuangan masyarakat Bali sudah memasuki tahun keempat.
"Seperti malam pengrupukan menjelang hari raya Nyepi, kita somya kala (mengusir energi negatif). Di sini kita pukul kulkul supaya gedung Kantor Gubernur Bali bersih dari energi negatif menyambut tahun 2017," kata Gendo, Kamis, 22 Desember 2016.
Gendo menjelaskan, simbolisasi pengusiran energi negatif juga sebagai harapan agar pemimpin Bali di masa yang akan datang mampu menerima aspirasi rakyatnya. "Supaya pemimpin kita nanti bisa berpikir dengan jernih di gedung ini," ujarnya.
Kantor Gubernur Bali dikepung dari enam lokasi. Masing-masing lokasi diisi oleh pentas grup musik yang aktif menyuarakan penolakan reklamasi. Grup musik yang tampil, yaitu Superman is Dead, The Hydrant, Joni Agung and Double T, Nosstress, The Dissland, The Bullhead, The Djihard. Adapun pentas kesenian lainnya, yaitu Inguh dkk (lawak Bali atau bondres), Barong Sanur Go Green, Rarekualikers (Baleganjur).
Koordinator Pasubayan Desa Adat Tolak Reklamasi I Wayan Swarsa, saat berorasi mengatakan dalam keyakinan umat Hindu di Bali, kulkul mengandung filosofi Tri Brata Sandi. "Pertama, dharma. Kulkul digunakan untuk upacara keagamaan untuk keharmonisan semesta," katanya.
Kedua, ujar dia, Sima. "Fungsi kulkul dibunyikan ketika ada ancaman bahaya, salah satunya jenis kulkul bulus," ucap Swarsa yang juga Bendesa Adat Kuta itu.
Sedangkan yang ketiga, Laksana. Swarsa menjelaskan fungsi kulkul sebagai aktivitas gotong-royong warga. "Ini simbolis aksi damai. Bunyi kulkul sebagai suara kebersamaan dan persatuan komponen tolak reklamasi," tuturnya.
BRAM SETIAWAN