Warga mencuci pakaiannya di pengairan sawah di kawasan Pulo Ulim, Pidie Jaya, Aceh, 10 Desember 2016. Terputusnya aliran listrik akibat gempa membuat air sumur tidak bisa digunakan sehingga warga memanfaatkan aliran sungai untuk kebutuhan mandi dan mencuci. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan gempa yang mengguncang Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu lalu, 7 Desember 2016, menyebabkan krisis air bersih di daerah itu. Gempa berkekuatan 6,5 pada skala Richter itu menyebabkan sumur kering dan kotor.
”Akibat gempa sumurnya kering, ada juga yang dangkal, hitam, dan keruh. Tidak layak konsumsi,” kata Sutopo di kantor BNPB, Jakarta, Sabtu, 10 Desember 2016.
Sutopo mengatakan keringnya sumur membuat kebutuhan air bersih tidak bisa terpenuhi. Saat ini, BNPB sedang berupaya mengirim tangki air dan membangun hydrant di sejumlah tempat.
Menurut Sutopo, krisis air bersih menimbulkan efek berkepanjangan. Penyakit akan mulai berdatangan. “Air bersih kebutuhan mendesak.”
Selain air bersih, tim yang diterjunkan untuk membantu pada masa tanggap darurat berupaya mencari aliran listrik, sehingga nantinya air tanah bisa diambil dengan menggunakan pompa.
Sutopo menjelaskan, pasokan listrik di Pidie dan Bireun 100 persen menyala. Namun, di Pidie Jaya, ada delapan travo yang belum menyala.