Pilot helikopter SAR tempur EC-725 Super Cougar pesanan Kementerian Pertahanan memeriksa kesiapan saat serah terima di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, 25 November 2016. Helikopter tersebut telah digunakan di lebih dari 200 negara termasuk digunakan sebagai heli kepresidenan di 30 negara. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Bandung - Pemerintah berencana membeli helikopter kepresidenan tahun kemarin. Sempat beredar kabar helikopter itu akan dibeli dari luar negeri. “Enggak, ini. Pakai ini,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sambil menunjuk helikopter di belakangnya saat mengunjungi kompleks PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Jumat, 25 November 2016.
Helikopter yang ditunjuk Ryamizard itu berbadan besar dengan kelir loreng hijau. Helikopter berkode produksi Super Puma/Cougar yang baru dua unit diserahkan PT Dirgantara Indonesia, dari enam unit total pesanan pemerintah, untuk TNI Angkatan Udara. “Enak ini kok,” katanya.
Namun, saat ditanya secara terpisah, dua direksi PT Dirgantara Indonesia mengaku belum diajak membicarakan helikopter kepresidenan.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI Andi Alisjahbana mengatakan helikopter kepresidenan Super Puma AS322 yang dipergunakan saat ini masih satu keluarga dengan helikopter EC725 yang diserahkan kepada Kementerian Pertahanan hari ini. “Super Puma itu adiknya ini,” katanya di Bandung, Jumat, 25 November.
Andi mengatakan belum ada rencana pembelian helikopter kepresidenan yang baru. “Saat ini belum ada rencana pembelian helikopter kepresidenan, belum ada, karena yang Super Puma itu masih relatif baru, belum di bawah 20 tahun. Dan masih dipakai,” kata dia. Saat ini, kata Andi, ada empat helikopter kepresidenan, dan semuanya dinilai masih layak pakai.
Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT DI Budiman Saleh juga mengatakan belum mendengar ada rencana pembelian helikopter kepresidenan baru. “Belum,” katanya, di Bandung, Jumat, 25 November.