Petugas menyingkirkan pepohonan yang menimpa rumah diantara sisa pondasi bangunan di perkampungan yang sudah rata dengan tanah tersapu banjir bandang di pinggir Sungai Cimanuk, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, 22 September 2016. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Depok- Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat kerugian Indonesia akibat bencana mencapai lebih dari Rp30 triliun per tahun. Angkanya sangat besar karena bencana di tanah air bersifat rutin setiap tahunnya.
"Rata-rata menghabiskan dana sekitar Rp 30 triliun. Itupun di luar bencana besar seperti gempa bumi Sumatera Barat 2009 dan erupsi Gunung Merapi 2010," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Rabu 23 November 2016.
Sutopo mengambil contoh lain yakni bencana banjir bandang di Garut, Jawa Barat., pada 21 September 2016. Banjir itu menyeret kerugian yang mencapai Rp 288 miliar berdasarkan kerusakan infrastruktur yang disebabkannya.
Secara keseluruhan BNPB menghitung ada 253 kejadian bencana sepenjang tahun ini per Rabu 23 November 2016. “Jumlah itu jauh lebih banyak dari kejadian di tahun-tahun sebelumnya," ucapnya.
Dia merinci kerugian terbesar disebabkan kebakaran hutan yang mencapai Rp 20 triliun. Adapun kerugian dan kerusakan akibat banjir di Jakarta mencapai Rp 5 triliun. Sisanya dirincinya banjir dan longsor di 16 kota/kabupaten di Jawa Tengah yang terhitung merugikan senilai Rp 2,1 triliun, banjir bandang di Sulawesi Utara Rp1,4 triliun, dan banjir di Pantai Utara Rp 6 triliun
“Bahkan, dampak banjir di Pantura menyebabkan inflasi meningkat dari 1,03 menjadi 1,07 persen."
Sutopo mengungkapkan, tingginya jumlah bencana disebabkan faktor curah hujan yang juga tinggi. Banyak hujan menyebabkan kejadian bencana banjir dan longsor terus meningkat.
BNPB memprediksi puncak curah hujan baru akan terjadi Januari 2017. Itu artinya, Sutopo menjelaskan, Indonesia masih memiliki ancaman tanah longsor, banjir dan puting beliung sampai tahun depan. “Dan diperkirakan meningkat," ucapnya.