Capung Langka Jadi Bioindikator Lingkungan di Bengawan Solo

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 9 November 2016 23:01 WIB

Capung Tengger Perut Kait (Orthetrum chrysis). TEMPO/Abdi Purmono

TEMPO.CO, Surakarta - Peneliti Indonesia Dragonfly Society (IDS) menemukan dua spesies capung yang unik di bagian hulu sungai Bengawan Solo, tepatnya di sumber air yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. IDS adalah komunitas pecinta capung yang bermarkas di Yogyakarta.


“Di sana kami menemukan dua spesies capung yang dikira sudah punah,” kata Ketua Indonesia Dragonfly Society (IDS), Wahyu Sigit Rahardian, seusai peluncuran buku Mengungkap Potensi Hulu Bengawan Solo, Khazanah Capung, Burung, dan Kupu-Kupu di kantor Perum Jasa Tirta I Surakarta, Rabu 9 November 2016.


Dua spesies capung langka itu adalah Paragomphus reinwardti dan Rhinocypha fenestrata. Paragomphus reinwardti merupakan capung endemik Jawa. Tidak seperti capung pada umumnya, Paragomphus reinwardti punya organ yang menyerupai kail pancing. Capung berwarna kuning dan hitam itu pun dinamai capung-pancing Jawa.


Adapun Rhinocypha fenestrata adalah capung endemik Sunda Land atau Sunda Besar yang meliputi Pulau Bali, Jawa, dan Sumatera. Rhinocypha fenestrata acap disebut capung Batu-merah karena bagian kepala dan dadanya (toraks) berwarna merah menyala.


Menurut Wahyu, kedua spesies capung ini punya toleransi rendah terhadap pencemaran lingkungan. Dengan bertahannya kedua jenis capung ini, ekosistem di hulu Bengawan Solo bisa disebut sehat. “Kalau lingkungannya rusak, hewan itu tentu tidak akan tinggal di sana lagi, katanya.


Advertising
Advertising

Wahyu berujar, capung adalah serangga yang berperan sebagai bioindikator lingkungan. “Capung pada fase naiad (dewasa) memiliki tingkat toleransi tertentu terhadap suatu cemaran,” ujar Wahyu. Bersama komunitas IDS, dia memetakan sumber air dan inventarisasi keanekaragaman hayati di hulu Bengawan Solo selama hampir dua tahun (2015 - 2016).


Isu buku setebal 162 halaman itu merupakan penelitian di 11 mata air yang tersebar di Kecamatan Wuryantoro, Eromoko, Pracimantoro, dan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri. Hasilnya, ditemukan sekitar 10 kelompok capung, 20 kelompok burung, dan lima kelompok kupu-kupu yang berhabitat di hulu Bengawan Solo. Wahyu berharap masyarakat di sekitar hulu Bengawan Solo bisa turut memantau kualitas hingga degradasi lingkungan di sumber mata air.


DINDA LEO LISTY

Berita terkait

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

23 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

41 hari lalu

Limbah Tambak Udang Cemari Taman Nasional Karimunjawa, KLHK Tetapkan 4 Tersangka

Gakkum KLHK menetapkan empat tersangka pencemaran lingkungan di Taman Nasional Karimunjawa. Kejahatan terkait limbah ilegal dari tambak udang.

Baca Selengkapnya

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

50 hari lalu

Beijing Sepakati Anggaran Pemerintah Pusat dan Daerah Periode 2024

Sidang parlemen "Dua Sesi" Cina resmi ditutup dengan hasil akhir menyepakati anggaran pemerintah pusat dan daerah periode 2024, menerima laporan kerja

Baca Selengkapnya

Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

26 Februari 2024

Pemda Diminta Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP

Penyaluran beras SPHP dimaksimalkan sebanyak 200 ribu ton per bulan untuk periode Januari-Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

23 Februari 2024

Pemerataan Dokter Spesialis Bisa Dimulai dari Dukungan Pemerintah Daerah

Ketua IDI Mohammad Adib Khumaidi mengatakan, pemerintah daerah berperan untuk pemerataan dokter spesialis

Baca Selengkapnya

Pajak Hiburan 75 Persen Diatur dalam UU HKPD, Kemenkeu: untuk Kemandirian Daerah

17 Januari 2024

Pajak Hiburan 75 Persen Diatur dalam UU HKPD, Kemenkeu: untuk Kemandirian Daerah

Pajak hiburan termaktub dalam UU HKPD untuk penguatan pajak daerah, dan mendukung agar daerah bisa lebih mandiri.

Baca Selengkapnya

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

14 Januari 2024

Pencemaran Lingkungan di Area Tambang Minyak, Guru Besar ITS Rekomendasikan Ini

Peningkatan aktivitas industri pertambangan menimbulkan risiko terjadinya pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Warga 1 Desa Dekat Gunung Lewotobi Diminta Mengungsi, Ada Sinar Api

10 Januari 2024

Warga 1 Desa Dekat Gunung Lewotobi Diminta Mengungsi, Ada Sinar Api

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT dari Level III atau Siaga jadi Level IV.

Baca Selengkapnya

Kepala Bapanas Minta Pemerintah Daerah Gencarkan Program Ketahanan Pangan

19 November 2023

Kepala Bapanas Minta Pemerintah Daerah Gencarkan Program Ketahanan Pangan

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi meminta seluruh pemerintah daerah menggencarkan berbagai program ketahanan pangan.

Baca Selengkapnya

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

12 November 2023

Sagu Disebut Bisa Jadi Bahan Pembalut dan Popok Ramah Lingkungan

Sampah pembalut dan popok dikenal kerap menjadi masalah. Sagu disebut-sebut bisa membuat dua benda itu ramah lingkungan

Baca Selengkapnya