Sejumlah warga keluar rumah mereka ketika terjadi gempa di Kecamatan Medan Sunggal, Medan, Sumater Utara, Selasa(6/9) dini hari. ANTARA/Irsan Mulyadi
TEMPO.CO, Bandung - Gempa tektonik yang mengguncang Medan dan Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Minggu malam, 23 Oktober 2016, tergolong langka. Lindu yang muncul pada pukul 22.57 WIB tersebut bermagnitudo 3,5. Sumber gempanya diduga berasal dari sesar atau patahan aktif.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebutkan, pusat gempa terletak pada koordinat 3,44 LU dan 98,64 BT. Lokasi itu berada di darat, berjarak sekitar 16 kilometer di barat daya Kota Medan dengan kedalaman 19 kilometer.
"Di peta geologi masih dalam dugaan sesar atau lineament, jadi belum tegas disebut sesar," kata Daryono saat dihubungi pada Senin, 24 Oktober 2016.
Guncangan cukup kuat dirasakan di hampir seluruh wilayah Deli Serdang, seperti Pancurbatu, Kutatengah, Namorambe, Simpangdurianpitu, Delitua, Betuktak, Gunungrintih. Petumbukan, Medan, dan Sunggal.
Skala intensitas gempa yang dilaporkan adalah II versi BMKG atau III-IV MMI. "Belum ada laporan mengenai kerusakan akibat gempa itu," katanya.
Gempa Deli Serdang ini merupakan jenis gempa dangkal yang diperkirakan dipicu oleh aktivitas sesar lokal. Peta geologi Lembar Medan menunjukkan bahwa di wilayah Namorambe dan Simpangdurianpitu yang berdekatan dengan lokasi episenter, terdapat beberapa struktur kelurusan (lineament) yang diduga sebagai struktur sesar.
Peta aktivitas kegempaan Sumatera Utara menunjukkan bahwa wilayah Deli Serdang termasuk kawasan dengan tingkat aktivitas kegempaan sangat rendah (low seismicity region). "Sehingga fenomena gempa di Deli Serdang kali ini menjadi peristiwa yang cukup langka," ujar Daryono.
Dengan kondisi geologi berupa keberadaan struktur kelurusan arah tenggara-barat laut yang kini telah memicu gempa, kata dia, kawasan barat daya Deli Serdang tampaknya memang terdapat sesar aktif. Kawasan tersebut menjadi rawan gempa.