2 Tahun Jokowi-JK: Rapor Merah untuk Penanganan Kasus HAM  

Reporter

Minggu, 23 Oktober 2016 18:58 WIB

Menkumham Yasonna Laoly bersama Jaksa Agung HM Prasetyo berbincang bersama saat menghadiri Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, 9 September 2016. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo lagi-lagi mendapat nilai merah untuk dua tahun masa pemerintahannya. Sebelumnya, nilai merah diberikan Indonesia Corruption Watch, dan nilai yang sama juga diberikan Setara Institute terhadap dua tahun pemerintahan Jokowi.

Setara Institute memberinya nilai merah untuk penyelesaian perkara hak asasi manusia (HAM) dan reformasi hukum. "Untuk reformasi hukum, nilainya cukup 5,5. Sebab, tidak jelek, tapi juga tidak bagus," ujar Ketua Setara Institute Hendardi saat memberikan keterangan di kantornya, Minggu, 23 Oktober 2016.

Hendardi menjelaskan, reformasi hukum pantas diberi nilai 5,5 karena belum menyasar langsung ke inti masalah. Sebagai contoh, belum ada pergantian kepemimpinan di lembaga-lembaga yang bermasalah atau tidak berprestasi.

Hendardi menunjuk belum adanya reformasi di Kejaksaan Agung sebagai salah satu penyebab buruknya reformasi hukum. Dalam dua kali terjadi reshuffle, Jaksa Agung Muhammad Prasetyo belum juga tersentuh. Padahal, di bawah kepemimpinannya, Kejaksaan Agung tidak menunjukkan prestasi yang baik.

Baca Juga: Demokrat Keberatan SBY Diperiksa Jaksa soal Kematian Munir

Menurut Hendardi, jika hukuman mati ingin digambarkan sebagai prestasi Kejaksaan, itu pun bermasalah. Eksekusi mati gelombang ketiga meninggalkan sejumlah masalah hukum karena Jaksa Agung memerintahkan persiapan eksekusi tanpa memperhatikan status hukum ataupun grasi para terpidana.

"Ke depan, reformasi hukum harus menyentuh pucuk pimpinan lembaga hukum yang bermasalah atau tidak berprestasi. Menurut saya, posisi Jaksa Agung paling lemah menopang reformasi hukum," ujar Hendardi.

Contoh lain penyebab buruknya nilai reformasi hukum adalah peradilan militer yang belum disentuh. Menurut Hendardi, peradilan militer terlampau leluasa karena bisa mengadili sendiri anggotanya yang melakukan kejahatan umum. Padahal, seharusnya hal itu ditangani di peradilan umum.

Simak: Anies Baswedan: Kemiskinan Bukan Angka, tapi Rasa

Sementara itu, untuk penyelesaian perkara HAM, Setara Institue memberikan nilai 4. Hendardi menjelaskan, angka itu dipilih berdasarkan belum adanya kemajuan penyelesaian perkara HAM di Indonesia. Totalnya ada 10 perkara HAM di masa lalu yang belum selesai ditangani dan berkasnya bolak-balik Kejaksaan Agung serta Komisi Nasional HAM. Beberapa di antaranya adalah perkara 65, kerusuhan Mei 98, serta peristiwa Talangsari.

"Menkopolhukam Wiranto sudah mengusulkan pembentukan dadan non-yudisial (untuk menyelesaikan perkara HAM). Namun konsepnya tidak jelas. Nilai empat itu sudah terlalu bagus," ujar Hendardi.

Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani mengatakan buruknya nilai penyelesaian perkara HAM di Indonesia diperparah dengan tidak adanya langkah terobosan pada Paket Kebijakan Hukum yang pertama. Dibanding menyelesaikan perkara HAM yang lebih maju, paket itu fokus menangani pungutan liar (pungli).

"Buat kami, jika kado perayaan dua tahun di bidang hukum itu hanya soal pungli, itu tidak indah. Tidak memuaskan. Positifnya, Presiden Joko Widodo berniat membenahi," ujar Ismail.

ISTMAN MP

Berita terkait

Ray Rangkuti Menilai Kinerja Pemerintah Belum Solid  

9 Januari 2017

Ray Rangkuti Menilai Kinerja Pemerintah Belum Solid  

Ray menilai, pada 2016, pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo, masih menunjukkan politik identitas dibanding politik akal budi.

Baca Selengkapnya

Ilmuwan Yogyakarta Anggap Nawacita Sulit Diwujudkan  

6 Januari 2017

Ilmuwan Yogyakarta Anggap Nawacita Sulit Diwujudkan  

Hak prerogatif Presiden memilih menteri dan mengawasi kinerja menterinya, tak bisa mengubah bahkan mengawasi kinerja bawahan menteri, mulai dari direktur hingga juru ketik.

Baca Selengkapnya

Pertemuan Jokowi-Prabowo, Begini Komentar PPP  

31 Oktober 2016

Pertemuan Jokowi-Prabowo, Begini Komentar PPP  

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyambut Presiden Joko Widodo di kediamannya di Desa Bojong Koneng, Hambalang, Bogor, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Politikus Gerindra: Jokowi Hanya Meneruskan Kinerja SBY  

24 Oktober 2016

Politikus Gerindra: Jokowi Hanya Meneruskan Kinerja SBY  

Politikus Gerindra menilai pemerintahan Jokowi hanya meneruskan program era SBY.

Baca Selengkapnya

Politisi Gerindra: Kinerja Jokowi Baru Terlihat di 2019  

23 Oktober 2016

Politisi Gerindra: Kinerja Jokowi Baru Terlihat di 2019  

Indonesia memang tertinggal dari negara-negara lain dalam pembangunan infrastruktur.

Baca Selengkapnya

Survei SMRC: Kinerja Kementerian Kelautan Paling Memuaskan

23 Oktober 2016

Survei SMRC: Kinerja Kementerian Kelautan Paling Memuaskan

Kementerian yang kinerjanya dianggap buruk oleh masyarakat adalah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Baca Selengkapnya

Hasil Survei SMRC: Pemenuhan Kebutuhan Pokok Makin Berat  

23 Oktober 2016

Hasil Survei SMRC: Pemenuhan Kebutuhan Pokok Makin Berat  

Sebanyak 56 persen responden merasa jumlah pengangguran saat ini lebih banyak dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Survei: Dua Tahun Jokowi-JK, Pemerataan Kesejahteraan Stagnan

23 Oktober 2016

Survei: Dua Tahun Jokowi-JK, Pemerataan Kesejahteraan Stagnan

Kondisi ekonomi secara umum, belum memenuhi harapan publik.

Baca Selengkapnya

2 Tahun Jokowi-JK, Indef: Inflasi dan Daya Beli Rendah

22 Oktober 2016

2 Tahun Jokowi-JK, Indef: Inflasi dan Daya Beli Rendah

Indef menyatakan laju inflasi yang berada di kisaran angka 3 persen, kata dia, seharusnya menaikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

Aliansi Mahasiswa Sampaikan Manifesto 2 Tahun Jokowi-JK  

21 Oktober 2016

Aliansi Mahasiswa Sampaikan Manifesto 2 Tahun Jokowi-JK  

Aliansi Mahasiswa Indonesia menyampaikan manifesto 2 tahun pemerintahan Jokowi-JK yang terdiri dari 9 butir pernyataan.

Baca Selengkapnya