KPK Minta Pejabat Daerah Mewaspadai Pemerasan Berkedok KPK

Reporter

Jumat, 21 Oktober 2016 16:58 WIB

TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Bandung-Deputi Bidang Penindakan Internal dan Pengaduan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ranu Mihardja sengaja mendatangi sejumlah daerah untuk meminta pejabat mewaspadai orang-orang yang mengatasnamakan lembaga antirasuah tersebut.

“Supaya para pejabat mulai pusat, provinsi, sampai ke desa-desa memahami jangan sampai kena tipu, terpedaya, oleh oknum yang mengatasnamakan KPK,” kata dia di Bandung, Jumat, 21 Oktober 2016.

Ranu menuturkan KPK sudah mendapati lebih dari 140 kasus di seluruh Indonesia menyangkut orang yang mengaku pegawai KPK dan mengaku dekat dengan lembaga itu. “Sekarang marak KPK gadungan atau orang yang mengaku dekat dengan KPK yang menjanjikan bisa ngurus kasus,” kata dia.

Menurut Ranu, di antara ratusan kasus tersebut, sudah ada yang memasuki proses hukum. Paling baru misalnya ada orang yang mengaku dekat dengan lembaga KPK, ditangkap polisi di Sawangan, Depok setelah memeras anggota DPRD Sumatera Utara agar statusnya tidak meningkat jadi tersangka. “(Anggota Dewan) itu diminta Rp 2,5 milair, tapi belum diserahkan. Baru nyerahkan Rp 25 juta, diambil, sudah terbukti melakukan pemerasan,” kata dia.

Kasus pemerasan dengan modus mengaku anggota KPK juga mulai menyasar kepala desa. Ranu tidak merinci identitasnya, tapi kasus tersebut terjadi di Indramayu. “Ada yang mengaku KPK, terus minta uang RP 10 juta, gak ada, Rp 1 juta gak ada. Yang ada di dompetnya Rp 600 ribu dikasih, setelah itu pergi. Kan kasihan,” kata dia.

Ranu mengatakan, kasus pemerasan mengatasnamakan KPK terbesar yang pernah terungkap menembus jumlah Rp 1 miliar. Kasusnya tengah menunggu persidangan di tingkat banding. “Itu Bupati Kukar (Kutai Kartanegara), sempat setor, tapi lapor, terus ditangkap. Duitnya jadi barang bukti, belum balik. Ini kan masih proses,” kata dia.

Menurut Ranu, kini lembaganya gencar mensosialisasikan agar pejabat daerah tidak tertipu orang-orang yang mengatasnamakan KPK. “Supaya mereka paham kalau orang-orang KPK turun ke lapangan itu misinya sudah jelas. Kalau melakukan pengumpulan data pasti dengan surat perintah tugas, dan segala sesuatunya pasti dikomunikasikan terlebih dahulu,” kata dia.

Tidak hanya sebatas itu, Ranu mengaku meminta pemerintah daerah setempat agar membantu menertibkan penggunaan logo KPK karena khawatir disalahgunakan. “Penggunaan logo itu harus dilihat, kalau pada kaos misalnya Komunitas Pencinta Kaos, itu kan KPK juga. Tapi mengapa sampai simbol Garudanya juga sama, itu gak boleh digunakan sembarangan,” katanya.

Ranu meminta, pejabat daerah yang mendapati anggota KPK gadungan meminta sejumlah uang dengan dalih mengurus kasus agar segera dilaporkan ke aparat hukum setempat. “Kalau orang yang mengaku KPK menakut-nakuti, minta sejumlah uang dan menjanjikan, itu bukan orang KPK, tangkap saja, serahkan ke polisi,” kata dia.

Ranu memberikan sejumlah tips untuk membedakan pegawai KPK dan bukan. Misalnya pegawai KPK tidak pernah memiliki kartu nama. “KPK itu tidak pernah mengeluarkan kartu nama. Makanya saya bilang apabila menemukan ada yang menakut-nakuti, bisa menjanjikan, segera lapor polisi saja,” kata dia.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengaku pernah mendapat surat palsu yang mengatasnamakan lembaga KPK sekitar 2,5 tahun lalu. “Isinya nyingsieunan (menakut-nakuti), cuma waktu itu kita biarkan saja,” kata dia.

Aher, sapaan Ahmad Heryawan, mengatakan surat yang diterimanya mirip dengan surat asli, lengkap dengan logo dan kop surat berlambang KPK. “Saya memeriksanya waktu itu (dengan membandingkan) dengan yang asli yang biasa kita surat-menyurat. Dilihat ternyata capnya beda, amplopnya beda, kop atasnya beda, bahasanya ngaco,” kata dia.

Dia meminta semua pejabat di provinsi dan daerah agar jangan tertipu dengan oknum yang mengatasnamakan lembaga KPK. “Jangan ketipulah. Kalau teu boga salah, tong sieun ka sasaha oge (kalau tidak salah, jangan takut ke siapapun juga),” kata Aher.

Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan belum menerima pengaduan tertulis soal gangguan oknum yang mengatasnamakan lembaga KPK. Sosialisasi mencegah itu sengaja dilakukan dengan mengundang langsung Deputi Bidang Pengawasan Internal KPK dengan mengundang semua pejabat kepala dinas di pemerintah Jawa Barat. “Ini mengatisipasi kemungkinan itu karena kejadian yang sudah ditangani KPK sudah ada 140 kasus,” kata dia.

AHMAD FIKRI


Baca juga:
Ahmad Dhani Jadi Calon Wakil Bupati, Maia Estianty Bereaksi
Menteri Ini Ajak Muslim Makan Babi, Alasannya adalah...
Telan Buaya, Ular Ini Meledak


Berita terkait

Penggeledahan di Sekretariat Jenderal DPR RI, KPK: Kumpulkan Alat Bukti

3 jam lalu

Penggeledahan di Sekretariat Jenderal DPR RI, KPK: Kumpulkan Alat Bukti

Sebelum penggeledahan ini, KPK mencegah Sekjen DPR RI Indra Iskandar dan enam orang lainnya bepergian ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

3 jam lalu

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

Surat berlogo dan bersetempel KPK tentang penyidikan korupsi di Boyolali ini diketahui beredar sejumlah media online sejak awal 2024.

Baca Selengkapnya

KPK Bawa Koper Hitam dan Merah dalam Penggeledahan di Kantor Setjen DPR

4 jam lalu

KPK Bawa Koper Hitam dan Merah dalam Penggeledahan di Kantor Setjen DPR

Penyidik KPK yang tak mau menyebutkan namanya mengatakan penggeledahan di kompleks DPR hari ini dilaksanakan dua satgas

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Kantor Setjen DPR, Polisi Berjaga-jaga di Beranda

7 jam lalu

KPK Geledah Kantor Setjen DPR, Polisi Berjaga-jaga di Beranda

Terlihat belasan polisi bersenjata berjaga di beranda Kantor Setjen DPR yang sedang digeledah tim penyidik KPK.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Kantor Setjen DPR

8 jam lalu

KPK Geledah Kantor Setjen DPR

Sebelumnya, KPK sedang menyidik dugaan korupsi rumah dinas DPR.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Bantah Konflik Nurul Ghufron dengan Albertina Ho Sebagai Upaya Pelemahan KPK

11 jam lalu

Alexander Marwata Bantah Konflik Nurul Ghufron dengan Albertina Ho Sebagai Upaya Pelemahan KPK

Alexander Marwata membantah konflik yang sedang terjadi antara Nurul Ghufron dan anggota Dewas KPK Albertina Ho tidak ada kaitan dengan pelemahan KPK.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Didesak Mundur, Alexander Marwata: Jangan Berasumsi atau Berandai Andai

14 jam lalu

Nurul Ghufron Didesak Mundur, Alexander Marwata: Jangan Berasumsi atau Berandai Andai

"Apa alasannya (Nurul Ghufron) mundur? Mari menghormati proses yang sekarang berjalan," kata Alexander Marwata.

Baca Selengkapnya

KPK Terima 214 CPNS Baru di 19 Unit Kerja

20 jam lalu

KPK Terima 214 CPNS Baru di 19 Unit Kerja

KPK berharap ke depannya, paraCPNS baru ini dapat menjaga nama baik lembaga dalam menjalankan tugasnya.

Baca Selengkapnya

KPK Sita Rp 48,5 Miliar dari Berbagai Rekening Orang Kepercayaan Mantan Bupati Labuhanbatu

22 jam lalu

KPK Sita Rp 48,5 Miliar dari Berbagai Rekening Orang Kepercayaan Mantan Bupati Labuhanbatu

KPK melakukan operasi tangkap tangan pada Januari 2024 lalu terhadap Erik Adtrada Ritonga yang saat itu menjabat Bupati Labuhanbatu

Baca Selengkapnya

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

1 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya