Petugas kepolisian dibantu tim forest fire Sinar Mas Forestry berusaha memadamkan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Desa Bonai Darusalam, Rokan Hulu, Riau, 28 Agustus 2016. ANTARA/Rony Muharrman
TEMPO.CO, Pekanbaru - Kebakaran hutan dan lahan gambut kembali terjadi di Desa Telesung dan Tanjung Kebadbu, Kepulauan Meranti, Riau. Total luas lahan yang dilahap si jago merah itu mencapai 50 hektare.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Meranti, Edy Afrizal, mengatakan kebakaran pun merembet ke perkebunan karet dan kelapa milik masyarakat. "Tim pemadam dan masyarakat sedang berjibaku memadamkan api, tapi kesulitan mendapatkan air," ujarnya, Jumat, 14 Oktober 2016.
Edy menjelaskan, tim pemadam itu merupakan gabungan dari anggota BPBD, TNI, dan kepolisian. Selain kesulitan air, dia melanjutkan, api cepat meluas karena tiupan angin yang kencang. "Kami juga mendapat bantuan dua helikopter waterbombing dari satuan tugas udara," katanya.
Mengenai penyebab kebakaran, ucap Edy, dia belum mengetahuinya. Alasannya, kata dia, saat ini masih dalam tahap penyelidikan kepolisian.
Kebakaran lahan di kawasan pesisir timur Pulau Sumatera itu terjadi sejak empat hari lalu. Berdasarkan foto udara yang dirilis Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Karhutla), tampak jelas lahan terbakar cukup luas. Kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan juga terlihat pekat membubung tinggi ke udara.
Meranti merupakan daerah rawan kebakaran lahan karena memiliki struktur tanah gambut yang dalam. Meranti juga menjadi daerah prioritas Badan Restorasi Gambut (BRG) bentukan Presiden Joko Widodo untuk mengembalikan fungsi hutan rawa gambut dan mencegah terjadinya kebakaran lahan.
Pada 2014, Meranti menjadi daerah penyumbang kabut asap terbesar di Riau, menyusul terbakarnya ratusan hektare kebun sagu milik perusahaan dan warga di Kecamatan Tebing Tinggi Timur. Asap itu juga sampai ke Malaysia dan Singapura.