Dimas Kanjeng Ditahan, Begini Nasib Bisnis Santrinya

Reporter

Editor

Erwin prima

Jumat, 14 Oktober 2016 06:05 WIB

Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Ishomuddin

TEMPO.CO, Mojokerto - Sekitar 200 pengikut atau santri masih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di perbatasan Desa Wangkal dan Gadingwetan, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Sejak pimpinan mereka, Taat Pribadi, ditangkap polisi pada 22 September 2016 lalu, jumlah santri yang bertahan berangsur-angsur berkurang. Penangkapan Taat Pribadi telah menurunkan jumlah orang yang ingin mendapat uang dengan cara singkat. Hal itu berdampak pada beberapa warung yang dibuka para santri di areal padepokan.

“Dulu sehari bisa dapat Rp 3-4 juta, sekarang hanya sekitar 300-400 ribu,” kata Muslih, salah satu santri setia Taat yang membuka warung di padepokan.

Baca: Soal Surat Al-Maidah, Din Syamsudin Minta Ahok Diperiksa

Muslih menjual berbagai macam kebutuhan, mulai nasi, gorengan, snack atau makanan ringan, minuman, rokok, sampai barang kebutuhan mandi dan cuci. Warungnya berada di salah satu gang dekat pintu masuk samping menuju areal barak-barak atau tenda semi permanen tempat tinggal para santri.

Selain berharap uang asli yang diberikan cuma-cuma oleh Taat pada jemaahnya, ustads asal Jember, Jawa Timur, ini juga membuka usaha warung. Warungnya termasuk paling laris karena menyediakan berbagai macam kebutuhan.

"Kalau nasi dan gorengan ada yang memasok dari warga sekitar, saya tinggal jual saja. Tapi kalau barang-barang yang lain saya beli grosir dan saya jual eceran,” katanya.

Simak: Ini Alasan Jokowi Diincar Museum Madame Tussauds

Muslih mengaku baru empat bulan tinggal di padepokan sejak Juli atau Lebaran tahun ini. “Tapi saya sebelumnya sudah sering ikut istigasah di sini,” ujar pria berkacamata dan sering memakai jubah dan songkok ini.

Selain warung Muslih, masih banyak warung yang dibuka para santri, terutama di dalam areal tenda pengikut. Misalnya warung milik Irin yang hanya menjual minuman dan mie instan di salah satu tenda. “Kalau dulu sehari bisa sampai Rp 100 ribu, sekarang paling hanya Rp 50 ribu,” katanya.

Sebagai pengikut Taat, Irin membantah pernah menyetor mahar uang untuk digandakan. “Kami disini hanya bayar iuran untuk kebutuhan listrik dan masjid, kami ikhlas,” kata perempuan berjilbab ini.

Berita lainnya: Pengacara Jessica Tegaskan Tak Ada Sianida di Tubuh Mirna

Pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi tersangkut kasus pembunuhan dan penipuan. Selain itu, dia diduga menggunakan hipnoterapi untuk mempengaruhi pengikutnya.

Taat bersama para pengurus padepokan dituduh melakukan penipuan dengan modus penggandaan uang. Korban mereka tersebar seluruh Indonesia dengan jumlah mahar uang yang sudah disetor diperkirakan mencapai ratusan miliar. Pengikutnya dari berbagai kalangan, baik masyarakat biasa, politikus, artis, PNS, hingga pejabat sipil, Polri, dan TNI.

ISHOMUDDIN

Baca:

Soal Surat Al-Maidah, Din Syamsudin Minta Ahok Diperiksa
Putin Marah, Perintahkan Warga Rusia di Luar Negeri Pulang
Selebgram dan Buzzer Bakal Dikenai Pajak Penghasilan

Berita terkait

Kasus Mayat dalam Koper Bali, Tersangka Sempat Berupaya Hilangkan Barang Bukti

1 hari lalu

Kasus Mayat dalam Koper Bali, Tersangka Sempat Berupaya Hilangkan Barang Bukti

Tersangka kasus mayat dalam koper di Bali berupaya menghilangkan barang bukti.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

1 hari lalu

Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

Selain di Bekasi, kasus pembunuhan mayat dalam koper juga terjadi di Kuta, Bali

Baca Selengkapnya

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

1 hari lalu

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

Tarsum mengakui telah membunuh dan memutilasi istrinya sendiri

Baca Selengkapnya

Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

1 hari lalu

Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

Seorang ayah di Bekasi berinsial N, 61 tahun, menghantam anak kandungnya sendiri berinisial C, 35 tahun menggunakan linggis hingga tewas.

Baca Selengkapnya

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

2 hari lalu

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

Polres Ciamis Jawa Barat, belum dapat memastikan motif pembunuhan dan mutilasi oleh suami ke istri di Dusun Sindangjaya.

Baca Selengkapnya

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

2 hari lalu

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

Keributan antara bapak dan anak di Bekasi ini dipicu urusan menantu, atau istri dari korban. Si anak minta ayannya mencari keberadaan sang istri.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

2 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Mayat Perempuan dalam Koper, Pelaku Pembunuhan dan Korban Telah Dua Kali Berhubungan Intim

2 hari lalu

Mayat Perempuan dalam Koper, Pelaku Pembunuhan dan Korban Telah Dua Kali Berhubungan Intim

Pelaku pembunuhan dan korban telah dua kali berhubungan intim. Permintaan korban untuk segera dinikahi membuat pelaku marah.

Baca Selengkapnya

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku dan Korban Sempat Bertemu di Kantor Sebelum ke Hotel

2 hari lalu

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku dan Korban Sempat Bertemu di Kantor Sebelum ke Hotel

Polisi menyatakan kronologi kasus mayat dalam koper bermula ketika pelaku bertemu korban di kantor.

Baca Selengkapnya

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Depan Rumah Warga

2 hari lalu

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Depan Rumah Warga

Seorang suami memutilasi istrinya. Pelaku diduga mengalami gangguan jiwa.

Baca Selengkapnya