TEMPO.CO, Surabaya - Akbar Faisal, anggota Dewan Perwakilan Rakyat asal Sulawesi Selatan, mengungkapkan keganjilan kematian Najmiah. Berdasarkan pengakuan keluarga korban, Najmiah meninggal tak lama setelah meminum air obat dari Dimas Kanjeng Taat Pribadi. "Dalam proses sakitnya, ujung tangan korban menghitam," kata Akbar.
Padahal, menurut Akbar, korban tidak pernah mempunyai riwayat sakit seperti itu. Atas keganjilan itu, Akbar mencurigai kematian Najmiah ada kaitannya dengan air obat dari Dimas Kanjeng.
"Ada kecurigaan di situ," kata Akbar sembari menunjukkan foto Najmiah dengan ujung tangannya menghitam saat berobat di Singapura.
Anggota Komisi Hukum DPR ini mendampingi Muhammad Najmul, anak bungsu dari Najmiah, korban penipuan Dimas Kanjeng Taat Pribadi asal Makassar, Sulawesi Selatan. Najmul melaporkan kasus penipuan Dimas Kanjeng ke Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Timur, Jumat, 30 September 2016.
Perkataan Akbar langsung dibenarkan Najmul. Namun, dia mengaku air obat pemberian Dimas Kanjeng sudah habis diminum ibunya sehingga tidak bisa diteliti penyidik.
Akbar menduga pemberian air obat tersebut ada kaitannya dengan usaha pembunuhan yang dilakukan Dimas Kanjeng terhadap korban.
Najmul mengatakan orang tuanya yang meninggal lima bulan lalu telah menyetor lebih dari ratusan miliar rupiah. Uang itu disetor secara bertahap melalui transfer dan tunai dari 2014 hingga 2016. "Nilainya lebih dari Rp 200 miliar," kata Najmul.
Najmul datang dengan membawa barang bukti satu koper emas batangan palsu dan uang kertas berbagai mata uang asing palsu dari pemberian Dimas Kanjeng.
Menurut dia, ibunya mulai mengenal Dimas Kanjeng pada 2014. Ia baru mengetahui pada 2015 ketika diminta ibunya menyetor lima koper berisi uang pecahan Rp 100 ribu kepada Dimas Kanjeng.
"Kronologi awalnya saya kurang paham. Setelah berjalan, baru muncul bukti-bukti yang mencurigakan bahwa penipuan yang dilakukan Dimas Kanjeng cukup jelas," katanya.