Puluhan aktivis melakukan aksi solidaritas terhadap Koordinator Kontras Haris Azhar #MelawanGelap di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 5 Agustus 2016. Haris dilaporkan ke polisi setelah mengungkap testimoni bandar narkoba Freddy Budiman soal keterlibatan oknum-oknum TNI, Polri, dan BNN. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - TNI terus mengusut identitas perwira tinggi bintang dua yang diduga terlibat bisnis narkoba Freddy Budiman. Dugaan itu muncul seusai publikasi kesaksian Freddy yang ditulis koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar.
"Belum, belum ada perkembangan," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo seusai pertemuan internal di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Senin, 22 Agustus 2016.
Jika cerita Haris terbukti benar, ucap Gatot, penyelidikan akan mengarah kepada individu yang masih menjabat perwira TNI bintang dua tak lama sebelum Freddy ditangkap. Freddy ditangkap pada 27 April 2011 dan tak keluar lagi hingga dieksekusi mati pada Juli 2016.
Saat kejadian itu, perwira tinggi berbintang dua yang paling muda hanya Gatot. “Dan sekarang ini (dari perwira TNI bintang dua pada 2011) yang masih aktif tinggal saya, sedangkan yang lain sudah purnawirawan."
TNI akan bekerja sama dengan kepolisian dalam penyelidikan jika individu yang dimaksud sudah keluar institusi TNI. "Kalau sudah purnawirawan, kita selidiki. Tapi kan itu sudah masuk pidana umum, jadi saya bekerja sama dengan polisi."
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Mulyono menuturkan pembersihan internal TNI dari narkoba sudah berlangsung sejak dulu. Pembersihan itu, selain terkait dengan keanggotaan, dilakukan terhadap fasilitas dan sarana yang mungkin disalahgunakan. "Misalnya kendaraan yang digunakan preman tapi pakai pelat TNI. Kami sedang cek lagi dan waspadai agar tak dipakai untuk transaksi narkoba," ucap Mulyono di Balai Kartini, Jakarta, 10 Agustus lalu.
Berdasarkan tulisan Haris berjudul Cerita Busuk Seorang Bandit yang dipublikasikan Kontras di media sosial pada 28 Juli 2016, Freddy mengaku memberikan uang kepada sejumlah aparat untuk melancarkan bisnisnya. Haris menyebutkan adanya perwira tinggi TNI bintang dua yang membantu distribusi narkoba dari Medan menuju Jakarta.