Kasus Haji Ilegal, Ini Saran DPR untuk Pemerintah  

Reporter

Senin, 22 Agustus 2016 14:32 WIB

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, selaku Ketua Rapat saat memimpin Rapat Paripurna ke-12 MP II TS 2015-2016 di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 8 Desember 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah mengatakan pemerintah harus membangun komunikasi dengan Arab Saudi dan negara-negara lain terkait dengan kuota haji. Langkah ini dianggap penting untuk menghindari munculnya kembali jemaah haji ilegal Indonesia. (Baca: Pemerintah Didesak Usut Haji Ilegal di Filipina)

Menurut Fahri, sebagai negara pengirim jemaah terbesar di dunia, Indonesia punya nilai tawar yang tinggi terkait dengan kuota haji. "Bicarakan ke Arab Saudi berapa persisnya kuota kita," kata Fahri, di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin, 22 Agustus 2016. (Baca juga: Kemlu Tangani 177 Jemaah Haji yang Ditahan di Filipina)

Selain dengan Arab Saudi, kata Fahri, pemerintah juga mesti berkoordinasi dengan negara-negara yang sering tidak bisa memenuhi kuota haji masing-masing. Melalui cara itu, menurut Fahri, jemaah Indonesia punya kemungkinan berangkat ke Arab Saudi menggunakan kuota dari negara lain, seperti Filipina, Thailand, dan Myanmar. "Syaratnya negara-negara tersebut bersedia jatah visa hajinya dipakai."

Fahri mengatakan Indonesia dan negara-negara yang kelak diajak berkoordinasi bisa mengatur teknis pemberangkatan jemaah haji sesuai prosedur yang berlaku. "Ibadah haji itu tidak masalah mau diberangkatkan dari negara mana," ujar Fahri.

Persoalan haji ilegal mencuat setelah 177 warga negara Indonesia yang mengaku sebagai calon jemaah haji Filipina ditangkap bersama lima warga Filipina yang mengawal mereka ke maskapai Philipine Airlines untuk penerbangan ke Arab Saudi, di Bandar Udara Internasional Ninoy Aquino, Jumat, 19 Agustus 2016. Mereka terdiri atas 100 perempuan dan 77 laki-laki.

Dikutip dari Inquirer dan media Filipina lain, para WNI itu mengaku datang sebagai turis beberapa pekan sebelumnya. Mereka menyetor US$ 6-10 ribu agar bisa berangkat. Mereka diduga memanfaatkan kuota tersisa yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi untuk para calon jemaah haji Filipina. Hal itu dilakukan akibat terbatasnya kuota haji Indonesia. Kini 177 WNI itu ditahan di Pusat Tahanan Biro Imigrasi Camp Bagong Diwa Bicutan, Manila.

Wakil Ketua Komisi Agama DPR Abdul Malik Haramain mengatakan jatah kuota haji sebuah negara ditetapkan oleh Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Karena itu, ia menyarankan pemerintah memakai OKI sebagai fasilitator untuk membahas penggunaan jatah visa haji negara lain. "Indonesia punya peran signifikan di OKI. Bisa juga menentukan revisi kuota," ucap politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini.

AHMAD FAIZ

Berita Terpopuler:

Harga Tembakau Anjlok di Tengah Wacana Kenaikan Harga Rokok
Elektabilitas Ahok Turun, Siti Zuhro Kritik Metode Survei
Olimpiade Berakhir, Ini Daftar Lengkap Perolehan Medali
Elektabilitas Ahok Turun, Ini Penyebabnya
Elektabilitas Ahok Turun 5 Persen, Menurut Survei

Berita terkait

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

3 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

1 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

2 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

2 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

2 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

2 hari lalu

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

Kabar PKS gabung koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran membuat Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah keluarkan pernyataan pedas.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

3 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Prabowo, Alasan yang Mengemuka dan Luka Konflik Internal Masa Lalu

3 hari lalu

Partai Gelora Tolak PKS Gabung Prabowo, Alasan yang Mengemuka dan Luka Konflik Internal Masa Lalu

Waketum Partai Gelora Fahri meminta PKS mempertimbangkan dengan matang keputusan bergabung atau tidak dengan pemerintahan Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

3 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

4 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya