TEMPO Interaktif, Jakarta: Ujian Nasional 2006 dinilai memiliki empat kelemahan baik dari segi konsep maupun teknis pelaksanaan. "Permasalahan itu perlu diperbaiki," kata pakar pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia, Mohammad Ali, dalam keterangan persnya usai menemui Wakil Presiden, Jusuf Kalla, Jumat.Ali mengatakan, pihak penyelenggara ujian yakni Badan Standar Nasional Pendidikan bermasalah secara konsep. Menurutnya, badan tersebut sebagai lembaga pembuat standar kelulusan seharusnya tetap independendan tidak boleh menjadi lembaga penyelenggara ujian.Disamping itu, lanjutnya, badan itu juga belum merampungkan standar kompetensi lulusan yang seharusnya dijadikan acuan ujian nasional. Karena standar kompetensi belum ada, Ali mempertanyakan validitas ukuran kelulusan dalam ujian nasional.Masalah lainnya, kata Ali, adalah jumlah mata pelajaran yang diujikan misalnya untuk tingkat SD adalah Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. "Apakah hanya ini yang perlu dikuasai oleh siswa?" tanya dia.Meski memiliki kelemahan, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia ini mengatakan tidak perlu diadakan ujian ulangan. Menurutnya, ujianulangan hanya akan memuaskan siswa yang tidak lulus dan membuka peluang munculnya masalah lain.Ali mengatakan, ujian nasional memiliki tidak berfungsi sebagai penilaian formatif yang ditujukan sebagai perbaikan terhadap proses belajar. Ujian nasional, kata dia, berfungsi sebagai mekanisme penilaian sumatif yang menunjukkan hasil pembelajaran sekaligus akuntabilitas institusi pendidikan kepada stake holder.Ali berpendapat ujian kelulusan secara nasional tidak perlu dihilangkan namun perlu diperbaiki. Ia juga menilai standar kelulusan 4,25 terlalu rendah dibandingkan negara-negara lainnya di Asia Tenggara.OKTAMANDJAYA WIGUNA