Wahid Foundation: Mayoritas Muslim Menolak Aksi Radikal  

Reporter

Editor

Pruwanto

Senin, 1 Agustus 2016 18:31 WIB

Ketua Umum PKBIB Yenny Zannuba Wahid. ANTARA/Saptono

TEMPO.CO, Jakarta - Wahid Foundation mengungkapkan masih adanya potensi kelompok radikal di Indonesia. Sebanyak 11 juta warga Indonesia berpotensi melakukan kekerasan atas dalih jihad agama. Bahkan setengah juta masyarakat Indonesia sudah dan pernah berpartisipasi dalam radikalisasi melalui sweeping dan penyerangan rumah ibadah pemeluk agama lain.

"Berdasarkan hasil survei nasional yang kami lakukan, hasilnya 0,4 persen pernah ikut kegiatan radikal dan ada 7,7 persen responden berpotensi dan siap melakukan radikalisme," kata Direktur The Wahid Foundation Zannuba Arifa Chafsoh, yang akrab dikenal sebagai Yenny Wahid, di Hotel Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin, 1 Agustus 2016.

Yenny menjelaskan, hasil survei nasional berjudul "Penguatan Toleransi dan Gerakan Merespons Ekstremisme" ini dilakukan pada April-Mei 2016. Responden merupakan muslim dari 34 provinsi Indonesia berusia lebih dari 17 tahun atau sudah menikah. Mereka umumnya menolak tindakan radikal. Jumlahnya mencapai 72 persen dari responden, "Alhamdulillah, berdasarkan hasil survei kami, mayoritas umat muslim Indonesia atau 72 persen menolak tindakan radikal," kata Yenny. Survei melibatkan 1.520 responden.

Survei Wahid Foundation ini bertujuan untuk memetakan persepsi intoleransi dan kecenderungan radikalisme Indonesia. "Survei ini sekaligus membantu kami dalam mengidentifikasi faktor sosial keagamaan yang mempengaruhi persepsi intoleran dan radikalisme di masyarakat," kata Manajer Riset Program Prioritas Wahid Foundation AA Nugroho.

Wahid Foundation menganggap intoleransi dan radikalisme terutama dipengaruhi oleh pemahaman agama Islam yang bersifat harfiah. "Apalagi jika pemahaman tersebut diberi ruang publik dalam bentuk ceramah atau pengajaran keislaman," kata Nugroho.

Survei ini sekaligus menunjukkan sikap 74,5 persen responden yang beranggapan demokrasi di Indonesia upaya membentuk pemerintahan yang paling baik. Sebanyak 82,3 persen responden menyatakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar adalah dasar terbaik untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. "Untuk itu, hasil survei ini akan dijadikan rekomendasi bagi pemerintah soal pentingnya penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kekerasan yang mengatasnamakan agama dan penyebar kebencian," ujarnya.

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki berjanji menyampaikan hasil survei Wahid Foundation kepada lembaga pemerintah yang relevan untuk menjadi rekomendasi dalam mengambil kebijakan penanganan, penanggulangan terorisme, dan deradikalisme di Indonesia. "Ini menjadi rekomendasi pemerintah," ucapnya.

M SIDIK PERMANA

Berita terkait

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

31 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Terbentuknya Jaringan Gusdurian, Merawat Perjuangan dan Pemikiran Gus Dur

30 Oktober 2023

Terbentuknya Jaringan Gusdurian, Merawat Perjuangan dan Pemikiran Gus Dur

Simpatisan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang disebut Jaringan Gusdurian banyak dipertimbangkan oleh kandidat capres dalam setiap Pemilu

Baca Selengkapnya

Profil Yenny Wahid, Sosok yang Diharapkan Nasdem Dipilih Anies Baswedan Jadi Cawapres

25 Juni 2023

Profil Yenny Wahid, Sosok yang Diharapkan Nasdem Dipilih Anies Baswedan Jadi Cawapres

Waketum Partai NasDem Ahmad Ali berharap capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan, akan memilih Yenny Wahid sebagai cawapres.

Baca Selengkapnya

Profil Yenny Wahid yang Dijagokan PSI Menjadi Cawapres 2024, Apa Lagi Selain Putri Gus Dur?

7 Oktober 2022

Profil Yenny Wahid yang Dijagokan PSI Menjadi Cawapres 2024, Apa Lagi Selain Putri Gus Dur?

PSI menjagokan Yenny Wahid sebagai calon wakil presiden 2024. Begini profil putri Gus Dur yang pernah menjadi Komisaris Garuda Indonesia ini.

Baca Selengkapnya

Bima Arya Bantah Kasus GKI Yasmin Jadi Preseden Buruk Korban Intoleransi

17 Juni 2021

Bima Arya Bantah Kasus GKI Yasmin Jadi Preseden Buruk Korban Intoleransi

Dalam penyelesaian kasus GKI Yasmin, Bima Arya menyebut ada 30 kali pertemuan formal dan 100 perundingan informal untuk mencapai kata sepakat.

Baca Selengkapnya

Sengkarut GKI Yasmin, Bima Arya: Kayak Kerikil dalam Sepatu

16 Juni 2021

Sengkarut GKI Yasmin, Bima Arya: Kayak Kerikil dalam Sepatu

Bima Arya menganggap belum selesainya masalah pembangunan GKI Yasmin selama ini membuatnya tidak nyaman selama menjabat sebagai Wali Kota Bogor.

Baca Selengkapnya

Dapat Ancaman dari Kelompok Radikal, Prancis Imbau Warganya Tinggalkan Pakistan

16 April 2021

Dapat Ancaman dari Kelompok Radikal, Prancis Imbau Warganya Tinggalkan Pakistan

Massa kelompok Islam radikal Pakistan bentrok dengan polisi untuk memprotes penangkapan pemimpin mereka yang menuntut dubes Prancis diusir.

Baca Selengkapnya

Prancis, Sekularisme, dan Kehati-hatian Menangani Islam Radikal

3 November 2020

Prancis, Sekularisme, dan Kehati-hatian Menangani Islam Radikal

Prancis menjadi sorotan sejak peristiwa pembunuhan guru asal Paris. Penyebabnya, pernyataan mereka soal paham radikal. Diduga lost in translation.

Baca Selengkapnya

Ini Reaksi Berbagai Politisi dan Kepala Negara Atas Terorisme di Nice

29 Oktober 2020

Ini Reaksi Berbagai Politisi dan Kepala Negara Atas Terorisme di Nice

Kepala pemerintahan dan politisi dari berbagai negara bereaksi atas aksi terorisme yang terjadi Notre-dame Basilica, Nice, Prancis.

Baca Selengkapnya

Dewan Muslim Prancis Mengecam Aksi Terorisme di Nice

29 Oktober 2020

Dewan Muslim Prancis Mengecam Aksi Terorisme di Nice

Dewan Keimanan Muslim Prancis mengutuk peristiwa teror yang terjadi di Gereja Notre-Dame Basilica, Nice Kamis ini

Baca Selengkapnya