Soal Konflik Laut Cina Selatan, Begini Kata Mantan Kepala Staf Angkatan Laut

Reporter

Editor

Budi Riza

Sabtu, 30 Juli 2016 14:27 WIB

Tiongkok memiliki tiga armada laut, yaitu Armada Laut Timur, Armada Laut Utara, dan Armada Laut Selatan. Armada Laut Selatan bermarkas di Guangzhou dan beroperasi di Selatan Tiongkok, termasuk Laut Cina Selatan. Kekuatan utama Armada Selatan Cina bertumpu pada kapal induk Lioaning (16). Kapal induk ini dibeli Tiongkok dari Ukraina, pada 1998. Kapal induk Liaoning mampu membawa 36 pesawat dan helikopter, yaitu 24 pesawat tempur Shenyang J-15, 6 helikopter Changhe Z-18, 4 helikopter Ka-31, dan 2 helikopter Harbin Z-9. Pesawat tempur J-15 mirip dengan Su-33, pesawat tempur berbasis kapal induk Rusia. military.china.com

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat menilai upaya perundingan untuk menyelesaikan sengketa Laut Cina Selatan dengan Cina dinilai sulit. Maka Indonesia harus mempersiapkan skenario terburuk dengan Cina, yaitu berperang.

"Sulit berunding dengan Cina, karena Cina menganggap Laut Cina Selatan sebagai back yard-nya (halaman belakang)," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Ahmad Sucipto dalam diskusi bertema “Kita dan Sengketa Laut Cina Selatan” di Restoran Gado-gado Boplo, Menteng, Jakarta, Sabtu, 30 Juli 2016.

Menurut Sucipto, banyak teori yang membahas kemungkinan eskalasi bersenjata dalam sengketa Laut Cina Selatan. Menurut dia, rakyat Indonesia tidak usah terlalu jauh berpikir soal teori-teori tersebut. Yang terpenting adalah apa yang harus dikerjakan kalau skenario buruk itu terjadi. Menurut Sucipto, dalam sengketa ini, Indonesia harus siap dengan short sharp war.

Short sharp war adalah perang cepat untuk memukul musuh pertama kali. Perang ini harus dimenangi dalam kesempatan pertama karena sangat menentukan dalam perundingan dan perang-perang selanjutnya. Sucipto berujar, Indonesia harus siap dengan jenis perang short sharp war karena kecil kemungkinannya perang sengketa Laut Cina Selatan terjadi dengan perang berlarut-larut.

Menurut Sucipto, negara-negara besar, termasuk Cina, pasti tidak ingin perang berlarut-larut karena nilai strategis Laut Cina Selatan dalam lalu lintas perdagangan. "Makanya yang akan terjadi adalah perang cepat. Tapi, kalau itu terjadi di Indonesia, kita jangan sampai kalah. Begitu kalah, akan tercatat dalam sejarah bangsa kita bahwa kita pernah kalah," ucapnya.

Salah satu bentuk kesiapan itu adalah memperkuat Natuna sebagai pangkalan utama atau pangkalan operasional yang lengkap yang menjadi basis operasi gabungan tiga matra TNI. Sucipto menuturkan ujung tombak menyiapkan skenario terburuk itu ada pada TNI. "TNI harus meyakinkan Kementerian Pertahanan, Komisi Pertahanan DPR, dan presiden tentang langkah dan strategi apa yang akan diambil," tutur Sucipto.

AMIRULLAH







Berita terkait

Deretan Negara yang Bersengketa di Laut China Selatan, Indonesia Masuk!

9 Februari 2023

Deretan Negara yang Bersengketa di Laut China Selatan, Indonesia Masuk!

Ada banyak negara yang bersengketa di Laut China Selatan, diantaranya Cina, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia

Baca Selengkapnya

Prabowo Subianto Temui PM Singapura Bahas Konflik di Laut Cina Selatan

13 Juni 2022

Prabowo Subianto Temui PM Singapura Bahas Konflik di Laut Cina Selatan

Prabowo Subianto membahas konflik di Laut Cina Selatan dengan Perdana Menteri Singapura.

Baca Selengkapnya

Dilarang Tangkap Ikan, Filipina Ajukan Protes Diplomatik ke China

31 Mei 2022

Dilarang Tangkap Ikan, Filipina Ajukan Protes Diplomatik ke China

Kemlu Filipina mengecam pemberlakuan moratorium penangkapan ikan oleh China yang disebut bertujuan untuk meregenerasi cadangan ikan

Baca Selengkapnya

Filipina Hentikan Pemutaran Film Uncharted, Gara-Gara Peta Laut Cina Selatan

27 April 2022

Filipina Hentikan Pemutaran Film Uncharted, Gara-Gara Peta Laut Cina Selatan

Pemerintah Filipina menghentikan semua pemutaran film Hollywood "Uncharted" karena ada peta Laut Cina Selatan dengan klaim Cina yang disengketakan

Baca Selengkapnya

Bakamla Gagalkan Kejahatan Laut yang Berpotensi Rugikan Negara Rp4 T pada 2021

7 Maret 2022

Bakamla Gagalkan Kejahatan Laut yang Berpotensi Rugikan Negara Rp4 T pada 2021

Ada sejumlah isu global yang menjadi perhatian Bakamla, diantaranya konflik Rusia dan Ukraina, Pandemi Covid-19, perubahan iklim, Laut Cina Selatan.

Baca Selengkapnya

Malaysia Sebut Cina Mitra Utama, Meski Ada Saling Klaim atas Laut Cina Selatan

12 Oktober 2021

Malaysia Sebut Cina Mitra Utama, Meski Ada Saling Klaim atas Laut Cina Selatan

Pada Januari-Agustus 2021, nilai perdagangan kedua pihak telah meningkat 35,2 persen, tapi soal wilayah Malaysia tidak akan kompromi.

Baca Selengkapnya

Filipina Dukung Langkah Australia Buat Kapal Selam Nuklir untuk Tangkal Cina

21 September 2021

Filipina Dukung Langkah Australia Buat Kapal Selam Nuklir untuk Tangkal Cina

Pemerintah Filipina memberikan dukungan kepada Australia perihal pengadaan kapal selam nuklir via kesepakatan dengan Amerika dan Inggris.

Baca Selengkapnya

Wapres AS Kamala Harris Kunjungi Singapura dan Vietnam, Tangkal Pengaruh Cina

31 Juli 2021

Wapres AS Kamala Harris Kunjungi Singapura dan Vietnam, Tangkal Pengaruh Cina

Kamala Harris lanjut dengan rencananya mengunjungi Vietnam dan Singapura pada Agustus nanti. Khusus Vietnam, akan menjadi kunjungan bersejarah.

Baca Selengkapnya

Manny Pacquiao Kritik Presiden Filipina Karena Lembek ke Cina

10 Juni 2021

Manny Pacquiao Kritik Presiden Filipina Karena Lembek ke Cina

Senator dan petinju Filipina, Manny Pacquiao, menilai sikap Presiden Rodrigo Duterte kurang tegas pada Cina terkait konflik di Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Ajudan Duterte Ingatkan 220 Kapal Cina di Laut Cina Selatan Bisa Picu Permusuhan

5 April 2021

Ajudan Duterte Ingatkan 220 Kapal Cina di Laut Cina Selatan Bisa Picu Permusuhan

Ajudan Presiden Rodrigo Duterte mengatakan ratusan kapal Cina yang menerobos wilayah Laut Cina Selatan bisa menyebabkan permusuhan Cina dan Filipina

Baca Selengkapnya