Keluarga ABK korban sandera Abu Sayyaf di Filipina menyampaikan petisi kepada Presiden Jokowi. TEMPO/Firman Hidayat
TEMPO.CO, Samarinda - Keluarga anak buah kapal TB Charles yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Samarinda, Kalimantan Timur, mengaku panik setelah lebih dari satu bulan tidak ada kepastian soal pembebasan sandera. Elona Rahmadani, istri salah satu sandera, Robin Peter, berencana mendatangi Crisis Centre di Jakarta pada Ahad, 31 Juli 2016.
Elona mencemaskan nasib suaminya. Dia panik karena informasi yang diterima mengenai kondisi suaminya sangat terbatas. "Kami akan ke Jakarta pada Minggu besok dengan difasilitasi perusahaan. Kami ingin mencari informasi soal apa upaya pemerintah untuk membebaskan suami saya," katanya, Selasa, 26 Juli 2016.
Elona menuturkan sebulan menunggu kabar suaminya merupakan waktu yang sangat panjang. Apalagi ia sama sekali tak pernah mendengar suara Robin sejak pria itu disandera.
Selain Elona, Dian Megawati Ahmad, istri Ismail; Abdul Muis, ayah kapten Fery Arifin; dan keluarga Edy Suryoni akan pergi ke Jakarta dari Parepare, Sulawesi Selatan. Dian berniat ikut ke Jakarta untuk memastikan kondisi suaminya. Ia cemas saat mendengar kabar bahwa penyandera akan memenggal kepala sandera jika korban tidak segera ditebus. "Pemerintah minta kami tidak terlalu percaya kepada media, tapi pemerintah tidak konfirmasi benar atau tidak, iya kan," ujar Mega.
Taufiq Qurrohman, juru bicara PT Rusianto Bersaudara, perusahaan pelayaran pemilik TB Charles, tak banyak berkomentar ihwal rencana keberangkatan keluarga sandera ke Jakarta. "Masih kami koordinasikan," tuturnya.
Elona tak menyalahkan perusahaan tempat suaminya bekerja. Sebab, informasi yang diterima PT Rusianto dari Crisis Centre juga terbatas. "Informasi resmi dari perusahaan tak pernah ada perkembangan. Ternyata perusahaan juga mendapat info terbatas," katanya.