TEMPO.CO, Malang - Sebanyak 240 penghuni Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru, Malang, terserang penyakit leptospirosis. Dua di antaranya meninggal, yaitu Mochammad Robi, 38 tahun, dan Fahrid Fajari, 19 tahun.
Dari semua pasien leptospirosis, 18 orang di antaranya sempat dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Selebihnya dirawat di klinik setempat. "Ada 30 orang yang masih dirawat, yang lain sudah sembuh. Satu dirawat intensif di rumah sakit," kata dokter klinik Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru M. Adib Sholahudin, Senin, 18 Juli 2016.
Awalnya pasien dirawat di klinik setempat dan sebagian dirujuk ke RSSA Malang. Sebagian penghuni yang terserang leptospirosis telah membaik. Korban mengeluh sakit perut setelah terinfeksi virus leptospira yang disebarkan melalui urine tikus. Robi meninggal pada 18 Juli dan Fahrid pada 19 Juli. Keduanya sempat dirawat di RSSA.
Peristiwa ini menjadi kejadian luar biasa. Sebelumnya tak ada penyakit massal yang menyerang penghuni lembaga pemasyarakatan itu. Petugas medis terus memantau kondisi kesehatan para pasien. Selain itu, penghuni Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru diminta senantiasa menjaga kebersihan lingkungan.
Penghuni diminta menjaga kebersihan peralatan makanan dan memasak air minum. Lantaran penularan penyakit ini melalui air minum dan peralatan makanan. "Kami memerangi tikus di dalam LP untuk mencegah penularan," ujar Kepala Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Krismono.
Air sumur diduga telah tercemar urine tikus yang membawa bakteri leptospira. Air minum yang dikonsumsi sudah diambil contohnya untuk diuji di laboratorium. Selain itu, petugas medis menemukan bakteri salmonella, penyebab penyakit tifus.