Menjembatani Perbedaan Mahasiswa yang Berkuliah di Yogyakarta

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Senin, 18 Juli 2016 02:47 WIB

Pengacara publik LBH Jakarta Veronica Koman (kiri), Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Papua Jefry Wenda, pengacara publik Pratiwi Febry, dan perwakilan mahasiswa Papua se-Jawa dan Bali Ambrosius Mulait memberi keterangan pers terkait pengepungan asrama mahasiswa Papua oleh polisi dan organisasi masyarakat di Yogyakarta. Jumpa pers bertempat di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Sabtu, 16 Juli 2016. Tempo/Rezki Alvionitasari.

TEMPO.CO, Yogyakarta - Stereotip atau cap suka mabuk-mabukan dan tidak mengenakan helm ketika melintas di jalanan kerap mendera mahasiswa Papua di Yogyakarta. Juru bicara Persatuan Rakyat Pembebasan Papua Barat, Roy Karoba, mengatakan anggapan itu sering muncul di kalangan masyarakat.

Menurut dia, cap atau label mahasiswa Papua tukang bikin onar sengaja dikembangkan kalangan yang ingin Yogyakarta tidak aman dan nyaman.

Roy mengatakan, kalau ada mahasiswa Papua yang minum minuman keras atau tidak mengenakan helm saat berkendara, itu tergantung pribadi orang. “Tidak bisa digeneralisasi kepada semua mahasiswa Papua,” kata Roy kepada Tempo, Ahad, 17 Juli 2016.

Roy mengatakan pelanggaran lalu lintas bisa dilakukan siapa pun, tidak hanya mahasiswa Papua. Minum minuman keras juga bukan budaya Papua. Tidak semua orang Papua suka menenggak minuman keras. Ada beberapa daerah di Papua yangg memiliki tradisi minum. Itu pun minuman lokal dari nira pohon aren dan kelapa.

Dosen Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta asal Nusa Tenggara Timur, Nikolaus Loy, pernah menjadi korban pelabelan. Ia mengatakan stereotip etnis dan kultural itu ada dan muncul dalam hubungan antar-kelompok. Stereotip terhadap orang Papua dan orang Indonesia yang lahir di timur telah ada jauh sebelum kasus yang melibatkan mahasiswa Papua dan mahasiswa Indonesia timur belakangan ini muncul.

Stereotip itu dihadapi mahasiswa yang tidak minum, tidak bikin keributan, dan aktif di masyarakat. “Saya pernah disuruh keluar dari kos gara-gara saya dari timur. Saya tidak pernah minum, tidak pernah ribut, dan lebih banyak mengalah,” tutur Nikolaus.

Menurut dia, cap terhadap mahasiswa Papua makin menguat belakangan ini. “Aparat seperti cuci tangan dan membiarkan orang saling berhadapan,” katanya.

Biasanya, kata Niko, problem komunikasi dan hambatan sosial bisa dijembatani dengan duduk bersama, saling berdialog. Menurut dia, orang tua asli warga Yogya ini efektif menjadi titian perbedaan. Mahasiswa dari timur juga mampu beradaptasi. Mahasiswa yang berhasil mengatasi hambatan psikologis ini umumnya berkembang dengan baik.

Niko menyatakan kerap menjadi tempat curhat mahasiswa yang dicap kasar ini. "Mereka bilang, Pak satu-dua dari kami mungkin kelihatan kasar dan dianggap tidak menjunjung budaya Yogya. Tapi tak semua dari kami berperilaku buruk," ucap Niko, menirukan mereka.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

8 jam lalu

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

8 jam lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

11 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

1 hari lalu

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

Partai Golkar DIY telah merampungkan penjaringan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di lima kabupaten/kota

Baca Selengkapnya

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

1 hari lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

1 hari lalu

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

Universitas Columbia mengancam akan mengeluarkan mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung administrasi Hamilton Hall.

Baca Selengkapnya

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

1 hari lalu

HAM PBB Prihatin Penangkapan Mahasiswa Pro-Palestina

Komisaris Tinggi HAM PBB prihatin atas tindakan hukum membubarkan aksi pro-Palestina di sejumlah universitas di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

2 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

2 hari lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

3 hari lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya