Dosen PTIK Gugat Hak Prerogatif Pemilihan Kapolri  

Reporter

Editor

Juli Hantoro

Jumat, 15 Juli 2016 09:12 WIB

TEMPO/ Machfoed Gembong

TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian, Yundini Husni, menggugat hak prerogatif presiden menentukan jabatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia dalam disertasinya yang berjudul “Presidential Power dan Jabatan Kapolri”. Yundini menjalani sidang promosi gelar doktor program studi ilmu politik di Universitas Indonesia pada Kamis, 14 Juli 2016.

Menurut dia, dalam suksesi Kapolri, selalu muncul fenomena presidential power. Sebab, Kapolri dianggap merupakan jabatan politis. Padahal, kata dia, seharusnya fenomena tersebut tidak perlu terjadi bila sistem kepangkatan dan karier di institusi kepolisian berjalan. "Saya menggugat hak prerogatif presiden dalam menentukan jabatan Kapolri," kata Yundini.

Ia menuturkan suksesi Kapolri seharusnya melalui berbagai pertimbangan. Memang, kata dia, ada hak prerogatif presiden menentukan jabatan Kapolri. Namun tidak bisa 100 persen presiden yang menentukan jabatan tersebut. "Harus mengikuti aturan dan undang-undang," ujarnya.

Sebagai contoh, kata dia, manuver Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengusulkan Inspektur Jenderal Timur Pradopo sebagai Kapolri. Padahal saat itu ada jenderal bintang tiga lain yang diajukan Komisi Kepolisian Nasional.

Presiden SBY saat itu tidak menggubris calon yang lebih layak dari Kompolnas. Padahal, dalam pemilihan jabatan Kapolri, harus ada perimbangan kekuasaan. Artinya, penentuan jabatan tidak bisa dikuasai presiden seorang diri. "Buat apa Kompolnas didirikan, bubarkan saja. Kompolnas dibuat untuk mengawasi dan menjaga institusi Polri," ujarnya.

Ia menuturkan seharusnya mekanisme pemilihan Kapolri mengikuti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI. Calon Kapolri harus melihat faktor jenjang kepangkatan dan mekanisme pembinaan karier.

Ia melihat ada fenomena presidential power dalam menentukan jabatan Kapolri. Yundini berpendapat, setiap kandidat seakan-akan yakin lobi lebih penting ketimbang kinerja. "Mencari beking dianggap mujarab untuk menghapus cacat pada rekam jejak masa lalu," ujarnya.

Menurut dia, ketidaknormalan menentukan Kapolri menghalangi peluang terpilihnya pemimpin paling berkualitas di Markas Besar Kepolisian. Padahal, dalam Undang-undang Kepolisian, dinyatakan polisi tidak dapat berpolitik.

Namun, kenyataannya, dunia kepolisian sangat erat dengan kehidupan politik. Bahkan ketidakberesan suksesi Kapolri hampir erat sepanjang sejarah. "Ada yang jabatannya masih AKBP, yakni Cipto Danu di era Sukarno, jadi Kapolri. Ini karena kedekatan dengan penguasa," ucapnya.

IMAM HAMDI


Berita terkait

Simak Lagi, Ini 5 Profil Calon Kapolri yang Akan Dipilih Jokowi

11 Januari 2021

Simak Lagi, Ini 5 Profil Calon Kapolri yang Akan Dipilih Jokowi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi sudah menerima lima nama calon Kepala Polri atau Kapolri dari Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Simak profilnya

Baca Selengkapnya

Soal 5 Calon Kapolri, Politikus Demokrat: Mereka Bintang 3, Sudah Lolos Ujian

9 Januari 2021

Soal 5 Calon Kapolri, Politikus Demokrat: Mereka Bintang 3, Sudah Lolos Ujian

Benny menyebut Presiden Jokowi memiliki hak eksklusif untuk memilih siapa dari lima nama calon Kapolri yang bakal diajukan kepada DPR

Baca Selengkapnya

Kompolnas Telah Kantongi Nama Calon Kapolri Pengganti Idham Azis

25 Desember 2020

Kompolnas Telah Kantongi Nama Calon Kapolri Pengganti Idham Azis

Kompolnas mengatakan sudah memiliki nama calon Kapolri pengganti Idham Azis. Nama-nama ini akan diserahkan ke Presiden Jokowi dalam waktu dekat.

Baca Selengkapnya

Kompolnas Jamin Kapolri Pengganti Idham Azis Punya Rekam Jejak Baik

20 Desember 2020

Kompolnas Jamin Kapolri Pengganti Idham Azis Punya Rekam Jejak Baik

Kompolnas sedang menjaring kriteria untuk calon Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis.

Baca Selengkapnya

Kompolnas Segera Serahkan Rekomendasi Nama-nama Calon Kapolri ke Jokowi

20 Desember 2020

Kompolnas Segera Serahkan Rekomendasi Nama-nama Calon Kapolri ke Jokowi

Kompolnas mengatakan akan segera menyerahkan rekomendasi nama-nama calon Kapolri pada Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya

IPW Catat 13 Orang Masuk Bursa Calon Kapolri, 5 Nama Punya Potensi Besar

30 November 2020

IPW Catat 13 Orang Masuk Bursa Calon Kapolri, 5 Nama Punya Potensi Besar

Indonesia Police Watch (IPW) mencatat ada 13 perwira tinggi Polri berpangkat Komisaris Jenderal yang bisa ikut dalam bursa calon Kapolri.

Baca Selengkapnya

Dicopot dari Kapolda Metro, Peluang Karir Nana Sudjana Dinilai Masih Terbuka

18 November 2020

Dicopot dari Kapolda Metro, Peluang Karir Nana Sudjana Dinilai Masih Terbuka

Dicopotnya dia dari jabatan Kapolda Metro Jaya, Bambang menilai tak menghancurkan peluang Nana Sudjana menjadi salah satu calon Kapolri

Baca Selengkapnya

Irjen Nana Sudjana Dicopot, IPW: Makin Berat Masuk Bursa Calon Kapolri

17 November 2020

Irjen Nana Sudjana Dicopot, IPW: Makin Berat Masuk Bursa Calon Kapolri

IPW menilai pencopotan Kapolda Metro Jaya dimanfaatkan sebagai manuver dalam persaingan bursa calon Kapolri

Baca Selengkapnya

IPW: Calon Kapolri akan Terlihat pada Awal November

21 Juni 2020

IPW: Calon Kapolri akan Terlihat pada Awal November

Dari data IPW, delapan nama calon Kapolri itu terdiri dari lima jenderal bintang tiga dan tiga jenderal bintang dua.

Baca Selengkapnya

IPW: Delapan Nama Kuat Masuk Bursa Calon Kapolri

11 Juni 2020

IPW: Delapan Nama Kuat Masuk Bursa Calon Kapolri

Menurut prosedur, nama-nama yang masuk dalam bursa calon Kapolri itu akan digodok Dewan Kebijakan Tinggi Polri.

Baca Selengkapnya