Seorang awak kapal berkostum Bajak Laut saat kedatangan Tall Ship TNI AL KRI Dewaruci di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Jakarta Utara, (11/10). TEMPO/Yosep Arkian
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bertemu dengan Menhan Filipina dan Malaysia untuk membahas kelanjutan prosedur keamanan laut tiga negara di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Benar, mereka merumuskan secara detail trilateral patrol koordinasi tiga negara," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksamana Madya Widodo saat dikonfirmasi pada Selasa, 12 Juni 2016.
Pertemuan itu digagas untuk mencegah aksi kriminal di perairan Filipina Selatan. Widodo tak menampik pertemuan itu membahas kemungkinan izin operasi militer. Izin yang belum jelas ini membatasi gerakan TNI menyelamatkan warga negara Indonesia yang disandera.
Menurut Widodo, akan ada perjanjian tertulis dari pembahasan itu. Hal ini juga merupakan respons penyanderaan WNI yang kembali terjadi di Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Tiga WNI yang diculik di Sabah, Sabtu pekan lalu, 9 Juli 2016, menambah jumlah warga yang disandera, yakni menjadi sepuluh orang.
Pada 6 Juli 2016, Ryamizard mengatakan prosedur pengamanan jalur perdagangan sangat diperlukan. Menurut dia, kesepakatan patroli laut sudah ditandatangani dalam sejumlah pertemuan diplomasi antarmenteri pertahanan ketiga negara, Juni 2016.
Menteri juga menekankan perlunya latihan militer bersama antarnegara untuk memperjelas teknis pengamanan, misalnya tahapan yang dilakukan saat berhadapan dengan pembajak. "Kalau enggak latihan, babak belur, semrawut," ucap Ryamizard.