Penempatan TNI di Kapal Angkut Batubara Tunggu Izin Filipina

Kamis, 7 Juli 2016 18:45 WIB

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membantu kepolisian menyelidiki tragedi bom dan baku tembak di Sarinah. TEMPO/Putri Adityowati

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia berencana menempatkan prajurit TNI di di kapal-kapal berbendera Merah Putih yang melintasi perairan yang rawan perompak dan penyandera. Kapal-kapal pengangkut batu bara dari Indonesia ke Filipina Selatan termasuk yang akan dikawal tentara. Meski demikian, rencana ini masih menunggu persetujuan pemerintah Filipina.

"Keberadaan tentara asing dalam suatu negara, lazimnya harus mendapat persetujuan negara yang bersangkutan," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri Damos Dumoli Agusman saat dihubungi Tempo, Kamis, 7 Juli 2016.

Kata Damos, mekanisme masuknya militer asing, dalam hukum internasional dikenal sebagai 'Status of Forces Agreements' (SOFA). "Ini setiap negara beda-beda mengaturnya," ujar Damos.

Menurutnya ada negara yang mutlak melarang keberadaan tentara asing, dan ada yang mengizinkan, dengan persyaratan konstitusional. "Ada juga negara yang cukup dengan izin Kepala Pemerintahan, ada juga yang mensyaratkan berbeda," ucapnya.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan siap melaksanakan rencana tersebut, bila izinnya jelas. "Kita harapkan apapun itu, yang penting jalur ekonomi aman," ujarnya saat ditemui di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu 6 Juli 2016 kemarin.

Untuk pengamanan jalur ekonomi, kata Gatot, ada sejumlah opsi yang sedang dirundingkan kedua negara. Yang pertama terkait jaminan keamanan dari pemerintah Filipina. "Apakah mereka kawal (kapal muat yang melintas) atau bagaimana pokoknya harus aman."

Gatot mengatakan Indonesia-Filipina pun bisa melaksanakan Joint Patrol, alias patroli gabungan. Opsi ini juga bisa berbentuk koordinasi. "Jadi tak apa mereka amankan perairannya, kita tetap di perairan kita (sambil berkomunikasi), tutur Gatot. Dalam kesempatan berbeda, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memastikan operasi patroli bersama militer Indonesia-Malaysia dan Filipina akan mulai diadakan secepatnya.

Pilihan ketiga adalah menurunkan prajurit TNI ke kapal yang bersangkutan, untuk pengamanan. Hal itu memungkinkan, karena pada sebagian besar insiden perompakan, para perompak datang dengan jumlah kecil menaiki perahu motor, dan masih bisa ditangani prajurit TNI di kapal.

Jalur ekonomi laut, ujar Gatot, adalah prioritas Indonesia dan Filipina. "Sehingga Filipina butuh Indonesia, Indonesia butuh Filipina, sama-sama. Pengamanan itu juga untuk pulang-pergi (pengiriman kapal)."

Pada 2016 sudah ada 3 perompakan kapal berbendera Indonesia disusul penyanderaan awaknya. Setelah 2 kejadian pada Maret-April 2016, publik kembali heboh oleh penyanderaan 7 WNI awak kapal Charles 001 milik perusahaan dari Samarinda, pada 21 Juni lalu.

YOHANES PASKALIS

Berita terkait

Top 3 Dunia: ICC akan Proses Langkah Hukum Lebanon Melawan Israel

3 hari lalu

Top 3 Dunia: ICC akan Proses Langkah Hukum Lebanon Melawan Israel

Top 3 Dunia pada 28 April 2024, ICC akan memproses langkah hukum yang disorongkan Lebanon melawan Israel atas tuduhan kejahatan perang.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Israel Gelar Unjuk Rasa Usai Hamas Rils Video Sandera

4 hari lalu

Ribuan Warga Israel Gelar Unjuk Rasa Usai Hamas Rils Video Sandera

Ribuan warga Israel menuntut dilakukannya pemilhan umum dini dan meminta agar sandera dibebaskan menyusul video yang dilansir Hamas.

Baca Selengkapnya

Hamas Kesal Diminta Bebaskan Sandera, tapi Genosida pada Warga Sipil Gaza Diabaikan

4 hari lalu

Hamas Kesal Diminta Bebaskan Sandera, tapi Genosida pada Warga Sipil Gaza Diabaikan

Hamas bingung ditekan untuk membebaskan sandera warga negara Israel, namun dunia tampak tutup mata pada genosidan di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kepala Intelijen Mesir Pimpin Delegasi ke Israel, Khawatir Serangan Darat ke Rafah

5 hari lalu

Kepala Intelijen Mesir Pimpin Delegasi ke Israel, Khawatir Serangan Darat ke Rafah

Rencana serangan Israel ke Kota Rafah di Gaza yang berbatasan dengan Mesir dapat menimbulkan bencana bagi stabilitas regional

Baca Selengkapnya

Hamas Rilis Video Sandera Amerika Masih Hidup

7 hari lalu

Hamas Rilis Video Sandera Amerika Masih Hidup

Hamas merilis kondisi terkini sandera asal Amerika Serikat yang dalam keadaan sehat.

Baca Selengkapnya

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

10 hari lalu

Lebih dari Setahun Pilot Susi Air Disandera TPNPB-OPM, Aparat Sebut Ada Kendala di Lapangan

Pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan Pilot Susi Air, Philips Mark Mehrtens. Belum ada perkembangan signifikan.

Baca Selengkapnya

Ribuan Demonstran Menuntut Benjamin Netanyahu Bebaskan Sandera yang Ditahan Hamas

11 hari lalu

Ribuan Demonstran Menuntut Benjamin Netanyahu Bebaskan Sandera yang Ditahan Hamas

Demonstran menuntut ada lebih banyak langkah nyata dari Tel Aviv dalam membebaskan sandera yang sekarang ditahan Hamas di Gaza.

Baca Selengkapnya

Sembunyi di Bunker Milik Miliuner AS, Netanyahu Didemo Warga Israel

17 hari lalu

Sembunyi di Bunker Milik Miliuner AS, Netanyahu Didemo Warga Israel

Netanyahu dan istrinya dilaporkan berlindung di dalam bunker di kediaman tersebut pada akhir pekan lalu untuk menghindari serangan rudal Iran.

Baca Selengkapnya

Satu Jasad Sandera Warga Israel yang Ditahan Hamas Ditemukan

25 hari lalu

Satu Jasad Sandera Warga Israel yang Ditahan Hamas Ditemukan

Israel mengkonfirmasi telah menemukan jenazah seorang sandera Hamas yang tewas di Gaza.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Desak Qatar dan Mesir untuk Kunci Kesepakatan dengan Hamas

26 hari lalu

Amerika Serikat Desak Qatar dan Mesir untuk Kunci Kesepakatan dengan Hamas

Keluarga para sandera warga negara Israel akan ke Gedung Putih pada 8 April 2024. Joe Biden mendesak agar ada kesepakatan dengan Hamas.

Baca Selengkapnya