Partai Demokrat: KPK Diintervensi dan Kehilangan Taring  

Reporter

Selasa, 28 Juni 2016 15:38 WIB

Didi Irawadi. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Bandung - Wakil Sekretaris Jenderal sekaligus juru bicara DPP Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsudin, menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kehilangan taring dalam beberapa kasus berskala besar. Didi menyoroti beberapa kasus, seperti dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta, reklamasi Teluk Jakarta, dan yang terakhir kasus dugaan korupsi pembelian lahan RS Sumber Waras.

"Kasus-kasus besar, ada reklamasi, Transjakarta, Sumber Waras, dan sebagainya. KPK harus bekerja lebih keras supaya tidak ada pikiran yang tidak baik bahwa KPK tidak independen, tebang pilih, dan tidak profesional," kata Didi saat ditemui seusai acara Diskusi Hukum Partai Demokrat bertajuk “Sorotan Seputar Kinerja KPK Saat Ini” di Hotel Grand Royal Panghegar, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Senin malam, 27 Juli 2016.

Didi menambahkan, KPK justru lebih mendahulukan kasus-kasus kecil tapi menjadi perhatian publik ketimbang kasus-kasus korupsi yang merugikan negara lebih dari Rp 1 miliar. Contohnya kasus suap panitera Pengadilan Negeri Jakarta terkait dengan tindak pidana pencabulan yang melibatkan pedangdut Saiful Jamil.

Selain itu, Didi menilai KPK terlalu cepat mengambil kesimpulan dalam kasus-kasus yang disebutkannya. "Coba bekerja lebih baik dan profesional. Jangan terburu-buru menyimpulkan sesuatu yang belum selesai dan tuntas," ucapnya.

Bukan hanya kurang greget dalam melakukan penyelidikan, Didi memandang, ada upaya-upaya intervensi dari rezim penguasa saat ini kepada KPK dalam menuntaskan beberapa kasus korupsi berskala besar. "KPK tidak boleh sedikit pun diganggu, diintervensi, atau kalau tidak diintervensi, takut pada suatu kekuasaan," tuturnya.

Didi berharap KPK yang sekarang dengan lima pemimpin baru bisa kembali tajam seperti era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu, komisi antirasuah bahkan tidak ragu membongkar praktek-praktek korupsi yang dilakukan petinggi partai berlambang mirip bintang Mercedes itu.

"KPK saat itu melakukan langkah besar yang tidak bisa diintervensi Partai Demokrat, partai pendukung pemerintah. KPK sangat independen bergerak ke segala lini, bahkan ke pusat kekuasaan, ketika ada oknum-oknum di dalam kekuasaan dan partai melakukan penyalahgunaan kekuasaan bisa terjangkau KPK," tuturnya.

Didi khawatir KPK dilihat publik menjadi kurang profesional. KPK dikhawatirkan diintervensi dalam menyelesaikan kasus-kasus besar, seperti korupsi reklamasi teluk Jakarta dan dugaan korupsi pembelian lahan RS Sumber Waras. Masyarakat malah bisa menjadi ragu terhadap semua aparat penegak hukum dalam menuntaskan kasus korupsi.

"KPK harus tajam ke mana-mana, termasuk terhadap orang-orang kuat, terhadap kekuasaan, dan sebagainya. KPK harus tajam ke atas juga, tidak hanya tajam ke bawah," ujarnya.

PUTRA PRIMA PERDANA

Berita terkait

Belum Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, KPK Bantah Ada Intervensi Mabes Polri

4 jam lalu

Belum Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, KPK Bantah Ada Intervensi Mabes Polri

Wakil Ketua KPK Johanis Tanak membantah ada tekanan dari Mabes Polri sehingga belum menerbitkan sprindik baru untuk Eddy Hiariej.

Baca Selengkapnya

KPK Sempurnakan Administrasi Sebelum Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej

5 jam lalu

KPK Sempurnakan Administrasi Sebelum Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej

KPK akan menyempurnakan proses administrasi sebelum menerbitkan sprindik baru untuk eks Wamenkumham Eddy Hiariej.

Baca Selengkapnya

KPK: Potensi Korupsi di Sektor Pengadaaan Barang Jasa dan Pelayanan Publik di Daerah Masih Tinggi

6 jam lalu

KPK: Potensi Korupsi di Sektor Pengadaaan Barang Jasa dan Pelayanan Publik di Daerah Masih Tinggi

Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK memprioritaskan lima program unggulan untuk mencegah korupsi di daerah.

Baca Selengkapnya

Penggeledahan di Sekretariat Jenderal DPR RI, KPK: Kumpulkan Alat Bukti

10 jam lalu

Penggeledahan di Sekretariat Jenderal DPR RI, KPK: Kumpulkan Alat Bukti

Sebelum penggeledahan ini, KPK mencegah Sekjen DPR RI Indra Iskandar dan enam orang lainnya bepergian ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

10 jam lalu

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

Surat berlogo dan bersetempel KPK tentang penyidikan korupsi di Boyolali ini diketahui beredar sejumlah media online sejak awal 2024.

Baca Selengkapnya

Pemkot Surabaya Raih Nilai 97 Persen Percepatan Pencegahan Korupsi

11 jam lalu

Pemkot Surabaya Raih Nilai 97 Persen Percepatan Pencegahan Korupsi

Nilai capaian MCP Pemkot Surabaya di atas nilai rata-rata Provinsi Jatim maupun nasional.

Baca Selengkapnya

KPK Bawa Koper Hitam dan Merah dalam Penggeledahan di Kantor Setjen DPR

11 jam lalu

KPK Bawa Koper Hitam dan Merah dalam Penggeledahan di Kantor Setjen DPR

Penyidik KPK yang tak mau menyebutkan namanya mengatakan penggeledahan di kompleks DPR hari ini dilaksanakan dua satgas

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Kantor Setjen DPR, Polisi Berjaga-jaga di Beranda

14 jam lalu

KPK Geledah Kantor Setjen DPR, Polisi Berjaga-jaga di Beranda

Terlihat belasan polisi bersenjata berjaga di beranda Kantor Setjen DPR yang sedang digeledah tim penyidik KPK.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Kantor Setjen DPR

15 jam lalu

KPK Geledah Kantor Setjen DPR

Sebelumnya, KPK sedang menyidik dugaan korupsi rumah dinas DPR.

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Bantah Konflik Nurul Ghufron dengan Albertina Ho Sebagai Upaya Pelemahan KPK

18 jam lalu

Alexander Marwata Bantah Konflik Nurul Ghufron dengan Albertina Ho Sebagai Upaya Pelemahan KPK

Alexander Marwata membantah konflik yang sedang terjadi antara Nurul Ghufron dan anggota Dewas KPK Albertina Ho tidak ada kaitan dengan pelemahan KPK.

Baca Selengkapnya