Ini Cara Mengecek Keaslian Vaksin yang Sudah Diimunisasi

Reporter

Editor

Mustafa moses

Selasa, 28 Juni 2016 01:21 WIB

Petugas Posyandu memberikan vaksin polio pada anak di Cipageran, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 8 Maret 2016. Pencanangan Pekan Imunisasi Nasional Polio 2016 dilaksanakan mulai tanggal 8 Maret sampai 15 Maret 2016. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan memberi saran untuk orang tua yang khawatir atau curiga anaknya mendapatkan vaksin palsu. Kekhawatiran tersebut muncul seusai peredaran vaksin ilegal yang diungkap oleh Bareskrim Mabes Polri pada 23 Juni lalu.

“Mereka dapat mendatangi dokter atau fasilitas pelayanan tempat anaknya mendapat layanan imunisasi,” ujar Menteri Kesehatan Nila Djoewita Moeloek, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 27 Juni 2016.

Jika terbukti palsu, Nina mengatakan, anak akan diberikan imunisasi ulang. Menurut dia, yang terpenting adalah selalu mengamati timbulnya reaksi setelah pemberian imunisasi dan melaporkannya ke petugas kesehatan. “Umumnya gejala atau reaksi ikutan ini timbul tidak lama setelah diimunisasi,” katanya.

Nina berujar, hingga saat ini pihaknya belum menemukan atau menerima laporan adanya kejadian reaksi pasca-imunisasi setelah isu vaksin palsu merebak. Nina pun menyampaikan hasil investigasi terbaru terkait dengan peredaran vaksin ilegal itu.

Pertama, tak ada pemalsuan vaksin Bio Farma. Sebab, menurut pengakuan pelaku yang tertangkap, vaksin tersebut hanya digunakan untuk oplosan pembuatan vaksin palsu. “Vaksin yang dipalsukan hanya vaksin impor yang harganya mahal, yaitu vaksin produksi Sanofi Pasteur dan GSK,” katanya.

Sedangkan jenis vaksin impor yang dipalsukan adalah vaksin Engerix-B (vaksin untuk Hepatitis B) untuk anak dan dewasa, vaksin Havrix 720 (vaksin Hepatitis A), dan vaksin Pediacel, yaitu vaksin kombinasi untuk Pertusis, Difteri, Tetanus, Hib, dan IPV.

Kementerian pun segera berkoordinasi dengan Komite Ahli Imunisasi, pihak Sanofi, dan GSK untuk menyusun rencana tindak lanjut. Rencana tersebut adalah melakukan estimasi pemakaian atau penjualan vaksin impor di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk memperhitungkan dampak dari vaksin palsu itu.

Selanjutnya, menyusun rencana pelacakan kemungkinan keberadaan vaksin palsu di daerah-daerah dan mendata balita yang sudah menerima vaksin palsu. Menurut Nina, perlu juga dilakukan perumusan bersama jadwal vaksinasi yang harus dilakukan kepada anak yang mendapatkan vaksin palsu.

Terakhir, membuat ciri-ciri vaksin palsu secara lebih rinci atau detail untuk disosialisasikan ke seluruh Indonesia, sehingga masyarakat dapat dengan mudah membedakannya dengan yang asli. “Jika bisa dengan foto-foto sehingga lebih jelas,” ujar Nina.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

1 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

3 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

9 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

10 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

20 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

37 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

38 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

49 hari lalu

Astra Gandeng Raline Shah Sebagai Juri Tamu di 15th SATU Indonesia Awards 2024

Pendaftaran SATU Indonesia Awards dibuka mulai 4 Maret - 4 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

56 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya