TEMPO Interaktif, Yogyakarta:Semua rumah sakit di Yogyakarta hingga saat ini kekurangan perlengkapan operasi patah tulang. Akibatnya, banyak korban gempa bumi yang menderita patah tulang dan telantar di sejumlah rumah sakit. Antrean pasien yang minta dioperasi terus bertambah."Kendala utama kami bukan pada kurangnya rumah sakit atau tenaga medis. Tapi karena keterbatasan pen, sekrup, dan gip. Perlengakapan itu hingga saat ini tidak ada di Yogyakarta," kata Koordinator Medis Penanganan Korban Bencana Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Bondan Agus Suryanto.Agus yang juga Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta ini menjelaskan, hampir semua rumah sakit besar di Yogyakarta bisa melakukan operasi patah tulang. Untuk mengatasi kekurangan perlengkapan operasi patah tulang itu, pihaknya sudah meminta pasokan ke pemerintah pusat termasuk kiriman uang tunai untuk pembelian peralatan. Hingga saat ini, kata dia, permintaan tersebut belum sampai ke Yogyakarta."Mudah-mudahan Satu sudah tiba sehingga semua pasien bisa segera ditangani. Kendala utama kami memang hanya karena kurangnya pen, sekrup, dan gip. Tapi untuk obat-obatan stok yang ada masih tercukupi," kata Bondan.Pasien Erni, 14 tahun, warga Plered, Bantul yang mengalami patah tulang pada kaki kiri terpaksa pulang sebelum dioperasi. Saat berobat ke pos kesehatan yang didirikan relawan Singapura mereka tidak bisa melakukan operasi lantaran kondisi tulang Erni belum dirontgen.Orang tua Erni mengaku pasrah atas nasib anaknya. Hampir setiap saat, Erni menangis karena menahan sakit yang tidak terkira. Syaiful Amin