Kapolda Bengkulu Bantah Anak Buahnya Pakai Peluru Tajam

Reporter

Minggu, 12 Juni 2016 13:04 WIB

TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Bengkulu - Kepala Kepolisian Daerah Bengkulu Brigadir Jenderal M. Ghufron membantah kabar bahwa anak buahnya menggunakan peluru tajam saat mengamankan konflik warga dengan perusahaan pertambangan batu bara PT Cipta Buana Seraya di Kecamatan Merigi Kelindang, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, Sabtu, 11 Juni 2016.

Menurut Ghufron, aparatnya yang bertugas saat itu melakukan pengamanan sesuai dengan standar operasional yang berlaku. Khususnya dalam penanganan unjuk rasa. “Kami hanya menggunakan peluru karet dan gas air mata,” katanya, Minggu, 12 Juni 2016.

Ghufron juga mengemukakan alasannya, saat terjadi konflik, aparat yang dikerahkan hanya berusaha menahan dan menghalau warga yang memaksa masuk ke kantor perusahaan PT Cipta Buana Seraya (PT CBS).

Sebelumnya, Bupati Bengkulu Tengah Fery Ramli memutuskan menutup pertambangan milik PT CBS pasca-kerusuhan yang berakhir bentrokan, yang mengakibatkan 4 warga tertembak. "Agar tidak kembali terjadi polemik antara warga dan pihak perusahaan serta menghindari adanya korban lagi,” ujarnya saat meninjau lokasi rumah korban penembakan, Sabtu malam, 11 Juni 2016.

Fery mengatakan, keputusannya didasari hasil rapat bersama antara pemerintah daerah, pihak perusahaan, dan kepolisian. Hasil rapat juga memutuskan pemerintah daerah menjamin semua biaya pengobatan bagi korban yang tertembak, termasuk yang harus dioperasi.

Unjuk rasa menolak tambang batu bara itu dilakukan sekitar 500 warga dari 12 desa di Kabupaten Bengkulu Tengah, Sabtu, 11 Juni 2016, sekitar pukul 10.00 WIB. Menurut salah seorang warga, Alimuan, 65 tahun, semula warga mendatangi lokasi PT CBS karena ada informasi kedatangan pejabat dari Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah yang akan memutuskan pertambangan ditutup atau tidak.

Namun di lokasi sudah banyak polisi, anggota Brimob, dan tentara yang berjaga-jaga. Jumlahnya lebih dari 500 orang. Mereka bersenjata lengkap. Pasukan Brimob berada di barisan paling depan, di dekat pagar. Mereka menggunakan senjata dengan peluru karet dan gas air mata. Selain itu, ada aparat di barisan kedua, dekat tebing. “Saya tidak begitu tahu apa yang terjadi di bagian depan, tiba-tiba chaos,” ucap Alimuan, yang saat itu berada di barisan tengah warga.

Nurdin, yang bertindak sebagai koordinator lapangan unjuk rasa, tidak mampu membendung kemarahan warga. Aksi menjadi tidak terkendali. Warga memaksa masuk ke lokasi pertambangan, tapi dihadang aparat yang menembakkan gas air mata dan tembakan dengan peluru ke arah warga.

Terjadi penembakan. Korban dari pihak warga berjatuhan, termasuk Alimuan. Korban lain adalah Marta Dinata, 20 tahu, warga Desa Kembring, yang terkena tembakan yang menembus bagian perut; Yudi (28), warga Desa Kembring, juga tertembak di bagian perut; serta Badrin (45), warga Desa Durian Lebar, yang tertembak di bagian leher dan paha. Adapun Alimuan, warga Desa Durian Lebar, tertembak di tangan. Sedangkan dua polisi cedera terkena bacokan senjata tajam.

Warga yang tertembak dilarikan ke rumah sakit di Kabupaten Rejang Lebong, Rumah Sakit M. Yunus, di Kota Bengkulu dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Curup. Begitu pula polisi yang mengalami luka bacok. Namun, diperoleh informasi, masih ada dua warga yang juga terluka belum dibawa ke rumah sakit. Dalam peristiwa itu, sebuah sepeda motor dibakar.

Alimuan menjelaskan, unjuk rasa dilakukan karena sikap penolakan terhadap tambang itu tidak pernah mendapat tanggapan dari Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah. Hal yang sama dijelaskan Kasrawati, 36 tahun, warga Desa Susup. Menurut dia, unjuk rasa itu merupakan bentuk kemarahan warga atas ketidakjelasan dan ketidakberpihakan pemerintah kepada warga. "Pagi itu masyarakat dijanjikan akan ada pejabat yang mau datang. Ternyata sudah banyak aparat keamanan di lokasi," tuturnya.

Sebelumnya, koordinator Forum Anak Rejang Gunung Bungkuk, Nurdin, dipanggil untuk menghadap ke kantor Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah. Diperoleh informasi bahwa Bupati Fery Ramli akan datang ke lokasi pada Sabtu, 11 Juni 2016. Bupati akan memutuskan apakah tambang dilanjutkan atau tidak. Namun konflik sudah terjadi.

Kasrawati menjelaskan, dalam pertemuan di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bengkulu, 15 Januari 2016, warga sudah menyampaikan penolakannya terhadap tambang baru bara itu. Saat itu memang ada tiga kepala desa yang setuju. Tapi desa mereka jauh dari lokasi pertambangan.

Pada 6 Mei 2016, petugas BLH Provinsi Bengkulu mendatangi lokasi. Ditemukan banyak lubang bekas tambang yang tidak direklamasi. Lubang itu sudah menelan jiwa seorang anak. Saat itu, BLH berjanji akan memberikan keputusan apakah tambang tetap beroperasi atau tidak. Tenggatnya 4 Juni 2016.

Pada 7 Mei 2016, sekitar 1.300 warga melakukan aksi dengan memasang bendera pada tombak yang ditancapkan di lokasi pertambangan. Ada pula plakat yang bertulisan “Masyarakat Menolak Sistem Underground”. Warga juga mendesak agar pemerintah mencabut izin tambang.

Tenggat yang dijanjikan BLH Provinsi Bengkulu, yakni 4 Juni 2016, tidak berkabar dari pemerintah. Keesokan harinya, warga justru mendapat informasi bahwa pertambangan tetap dilanjutkan. Warga merasa tidak mendapat perlindungan dari pemerintah.

Kasrawati mengatakan warga merasa ditipu karena pemerintah tidak menepati janji. Pada 10 Juni 2016, Nurdin dipanggil pihak kepolisian sekaligus mengantarkan surat pemberitahuan unjuk rasa yang akan dilakukan warga pada 11 Juni 2016. Polisi meminta Nurdin menahan aksi hingga minggu depan. Tapi Nurdin tidak dapat mengambil keputusan. Terjadilah aksi pada 11 Juni 2016. “Tidak ada pejabat yang datang. Yang ada malah aparat kepolisian dan tentara.”

PHESI ESTER JULIKAWATI

Berita terkait

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

14 jam lalu

Faisal Basri Ingatkan Potensi Separatisme Akibat Konflik Tambang, Minta Jokowi Diadili

Faisal Basri menyinggung soal opsi mekanisme peradilan melalui Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk menjerat Jokowi.

Baca Selengkapnya

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

1 hari lalu

Warga Panama Selenggarakan Pemilihan Umum

Warga Panama pada Minggu, 5 Mei 2024, berbondong-bondong memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum untuk memilih presiden

Baca Selengkapnya

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

4 hari lalu

Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif

Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

4 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

6 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

9 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

12 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

14 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

30 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

31 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya