Partai Golkar Dukung Presiden Rasionalisasi Pegawai Negeri

Jumat, 10 Juni 2016 20:52 WIB

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mendengarkan Ketua BPK Harry Azhar Azis saat menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2015 di Istana Negara, Jakarta, 6 Juni 2016. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto mengatakan partainya mendukung rencana pemerintah merasionalisasi Aparatur Sipil Negara (ASN). Setya menganggap langkah Presiden Joko Widodo tersebut tepat.

"Masalah PNS (pegawai negeri sipil) kami dukung,. Apresiasi kepada Presiden Jokowi, yang mempertimbangkan berhentinya secara alamiah," kata Setya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 10 Juni 2016.

Namun, Setya mengingatkan agar kualitas PNS harus menjadi pertimbangan kebijakan rasionalisasi. Menurut dia, pemerintah sebaiknya mulai meningkatkan kualitas PNS dari sektor pendidikan. PNS sebaiknya dibekali keterampilan tertentu. Setya juga mengingatkan rasionalisasi akan berdampak bagi masyarakat dan mempengaruhi kondisi ekonomi.

Presiden Joko Widodo mengatakan rasionalisasi secara alami untuk efisiensi belanja pegawai.
"Artinya, misalnya 1 tahun pensiun 120 ribu, pada tahun ke 5, pemerintah hanya menerima 60 ribu pegawai. Nanti akan berkurang banyak sekali," kata Jokowi dalam Rapat Kerja Pemerintah di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta pada Selasa, 7 Juni 2016.

Menurut Presiden, rasionalisasi tersebut dilakukan untuk mencapai visi kualitas dan belanja pegawai yang lebih efisien. Rasionaliasi PNS tidak dapat selesai dalam jangka waktu satu tahun. Konsep simulasi rasionalisasi PNS diajukan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB Yuddy Chrisnandi belum diputuskan untuk dilaksanakan. "Tapi memang itu rencana dan konsep dari Menpan memang belum saya terima. Tetapi kira-kira arahnya seperti itu," kata Jokowi.

Yuddy mengatakan, jika pemerintah tidak mengendalikan belanja pegawai maka pengeluaran untuk itu akan terus membengkak. Rasionalisasi untuk menghindari kerugian negara akibat belanja pegawai hingga berpotensi menyebabkan kegagalan negara. "Karena pengadaan 1 orang pegawai akan menambah belanja pegawai dan belanja modal. Padahal yang perlu ditekankan ini adalah belanja modalnya," kata Yuddy.

"Kami mensimulasikan bahwa jumlah pegawai negeri sipil Indonesia ini kira-kira 1,5 persen dari jumlah penduduk dirasakan cukup memadai dengan bantuan teknologi," kata Yuddy.
Yuddy menjelaskan jika jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta orang, maka total jumlah PNS yang dirasa memadai untuk melayani masyarakat adalah sekitar 3,5 juta orang. Jumlah PNS saat ini mencapai 4,5 juta orang.


DANANG FIRMANTO | ANTARA

Berita terkait

Kepala Desa Mendapat Uang Pensiun, Pekerjaan Apa Saja yang Mendapat Uang Pensiun Tetap?

1 hari lalu

Kepala Desa Mendapat Uang Pensiun, Pekerjaan Apa Saja yang Mendapat Uang Pensiun Tetap?

UU Desa yang diteken Jokowi menyebutkan kepala desa akan mendapat uang pensiun, Profesi apa lagi yang mendapat uang pensiun tetap?

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

2 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Kantornya Digeledah KPK, Ini Kasus yang Menyeret Sekjen DPR Indra Iskandar

3 hari lalu

Kantornya Digeledah KPK, Ini Kasus yang Menyeret Sekjen DPR Indra Iskandar

Penyidik KPK menggeledah kantor Sekretariat Jenderal DPR atas kasus dugaan korupsi oleh Sekjen DPR, Indra Iskandar. Ini profil dan kasusnya.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

4 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

4 hari lalu

Tolak PKS Gabung Koalisi Prabowo, Kilas Balik Luka Lama Waketum Partai Gelora Fahri Hamzah dengan PKS

Kabar PKS gabung koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran membuat Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah keluarkan pernyataan pedas.

Baca Selengkapnya

KPK Terima 214 CPNS Baru di 19 Unit Kerja

6 hari lalu

KPK Terima 214 CPNS Baru di 19 Unit Kerja

KPK berharap ke depannya, paraCPNS baru ini dapat menjaga nama baik lembaga dalam menjalankan tugasnya.

Baca Selengkapnya

Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo

7 hari lalu

Gibran Hadiri Halalbihalal Golkar Solo

"Ya semuanya teman, halalbihalal yo ditekani kabeh (ya didatangi semua)," ujar Gibran.

Baca Selengkapnya

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

9 hari lalu

Boyamin Saiman Sambangi KPK Minta Bantuan Mutasi PNS ke Nurul Ghufron

Boyamin Saiman menyambangi KPK hari ini untuk menyampaikan surat permohonan bantuan kepada Nurul Ghufron. Satire minta dibantu mutasi PNS.

Baca Selengkapnya

Segini Perbandingan Gaji Prabowo saat Jadi Menteri dan Presiden Nanti

10 hari lalu

Segini Perbandingan Gaji Prabowo saat Jadi Menteri dan Presiden Nanti

Berikut perbandingan besar gaji yang diterima Prabowo ketika saat menjadi Menteri Pertahanan dengan Presiden.

Baca Selengkapnya

PUPR, Kemensos dan Kemenhub Rekrut 84 Ribu CASN Tahun Ini, Simak Formasinya

11 hari lalu

PUPR, Kemensos dan Kemenhub Rekrut 84 Ribu CASN Tahun Ini, Simak Formasinya

Jumlah CASN yang direkrut terdiri atas 690 ribu PNS dan 1,6 juta untuk formasi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).

Baca Selengkapnya