Walikota Bandung, Ridwan Kamil berpose dengan sepedanya di ruang kerja, Balaikota Bandung, Jawa Barat, 12 April 2016. Karena susah mencari waktu khusus untuk berolahraga, maka Ridwan Kamil bersepeda untuk memaksakan diri untuk rutin menarik otot sana-sini untuk menyehatkan jantung. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berencana memberikan rapor indeks kemasyarakatan kepada warga Kota Kembang. Ridwan mengumumkan rencana itu lewat akun Facebook-nya. Dia menampilkan foto rapor kemasyarakatan yang sudah jadi serta siap diedarkan lewat rukun tetangga dan rukun warga.
"Jika Anda malas gotong-royong, malas rapat RT, malas kerja bakti, pasti rapornya MERAH. Sebaliknya, jika Anda aktif dan kontributif, pasti rapornya BIRU," tulis Ridwan di akun Facebook-nya.
Pengumuman itu pun langsung ditanggapi warga Kota Bandung. Kebanyakan warga Bandung tidak setuju. Sebab, menurut mereka, dengan memaksakan bergaul, Ridwan sudah terlalu jauh masuk ke ranah privat orang.
"Saya pikir terlalu intervensi terhadap ruang privat seseorang. Bisa memicu konflik horizontal nantinya. Akan timbul rasa dihakimi. Cukuplah sanksi sosial yang berjalan. Tak perlu tertulis rapor seperti ini," tulis pemilik akun Taufiqurrachman Soekardi.
Ada juga warga Bandung yang pasrah diberi rapor merah jika sistem penilaian indeks kemasyarakatan tersebut dijalankan.
"Ah tumben kebijakannya aneh. Saya sih gak mau ya abisin energi hanya untuk berusaha bergaul sm warga sekitar kalau emang kurang sreg, cukup seperlunya aja sih. Kok ranah pribadi diatur sebegitunya," tulis pemilik akun Intan R. Mardiatunnisa.
Meski demikian, ada pula netizen yang mengapresiasi program pemberian rapor indeks kemasyarakatan ala Ridwan itu. Menurut pemilik akun Facebook Nani Surani, cara Ridwan dianggap bagus untuk memancing warga bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban Kota Bandung.
"Cara yg bagus Kang Emil, mengajak warga ikut berpartisipasi membangun kota, menjaga keamanan dan ketertiban kota. Apa enggak susah nih cara kontrolnya, mengingat besar jumlahnya. Dan para pengurus RT/RW kan juga para pekerja yg sibuk, sehingga terkadang sulit atur waktu. Karena kedisiplinan masih merupakan sesuatu yang sulit dilakukan bagi setiap orang. Ide brilian sih," tulis Nani.