Pedagang di Borobudur Menangguk Berkah Waisak
Editor
Setiawan Adiwijaya
Minggu, 22 Mei 2016 08:04 WIB
TEMPO.CO, Magelang - Pedagang di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, meraup rezeki menjelang puncak peringatan Hari Raya Waisak yang jatuh pada Ahad, 22 Mei 2016.
Di taman yang berdekatan dengan lokasi lampion, pedagang kecil bertebaran menjajakan penganan. Mereka memasang tikar untuk menaruh beragam makanan dan minuman.
Ada pecel, gudangan atau sayur yang dilengkapi parutan kelapa bercampur cabai, nasi rames, sate ayam, mi instan, dan jagung bakar. Pengunjung yang datang ke acara Waisak bisa menyeruput kopi dan teh hangat. Harga makanan bervariasi, misalnya pecel Rp 5.000.
Mariatun, 58 tahun, pedagang asal Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, mengatakan Waisak mendatangkan untung karena pendapatan yang ia peroleh naik dibandingkan hari biasa. Ia mendapat untung Rp 1 juta ketika berjualan pada malam menjelang puncak Waisak. Sedangkan pada hari biasa, Mariatun yang berjualan di sekitar Borobudur hanya mendapatkan Rp 500-600 ribu. "Pelepasan lampion paling ditunggu karena banyak orang yang datang dan beli makanan," kata Mariatun.
Setiap tahun, Mariatun rutin berjualan pada sore hingga malam menjelang puncak Waisak. Pesta lampion yang dilepas di sekitar Candi Borobudur membawa daya tarik. Mariatun berjualan di sekitar Candi Borobudur sejak 1982.
Seperti Mariatun, pedagang lain, Wati, juga mendapatkan untung dari hasil berjualan. Pada peringatan Waisak, pendapatan Wati bisa mencapai Rp 1,5 juta dalam satu malam.
Wakil Presiden Jusuf Kalla akan datang memberikan sambutan pada puncak perayaan Waisak. Kepala Vihara Mendut Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera di Buddhist International Conference pada Kamis, 19 Mei, mengatakan Borobudur menjadi tempat suci yang mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar candi. Orang yang berekreasi atau berwisata mendatangkan untung bagi pedagang. "Saya berharap banyak orang yang mendapat berkah," ujar Sri Pannyavaro.
SHINTA MAHARANI