Fobia PKI, Soekarno: 'Tidak dengan Menggorok Orang Komunis'  

Reporter

Selasa, 17 Mei 2016 11:11 WIB

Perayaan ulang tahun Partai Komunis Indonesia dirayakan besar -besaran digelar, Presiden Sukarno terlihat mesra berdampingan dengan Ketua Partai Komunis Indonesia D.N Aidit pada 23 Mei 1965. wikipedia. org

TEMPO.CO, Jakarta - Fobia komunisme makin menyebar setelah Kementrian Koordinator Politik, Hukum, dan Hak Asasi Manusia memfasilitasi simposium nasional bertema “Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan”.

Simposium itu berlangsung di Hotel Aryaduta Jakarta pada 18-19 April 2016. Pelaksana acara itu adalah Forum Silaturahmi Anak Bangsa. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Letnan Jenderal (Purn) Agus Widjojo menjadi ketua panitia pengarah acara tersebut. Agus adalah putera dari salah satu Pahlawan Revolusi yakni, Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo yang gugur pada peristiwa G30S/PKI.


Baca juga:
Karyawati Diperkosa & Dibunuh: 31 Adegan, Pelaku Sempat Bercumbu
Pembunuhan Karyawati, Tersangka Pernah Belajar di Pesantren


Pelaksanaan simposium itu memantik protes dari kelompok masyarakat yang selama ini getol menyuarakan bahaya bangkitnya komunisme. Massa yang tergabung dalam Front Pancasila berunjuk rasa di depan Hotel Aryaduta, ketika simposium itu dibuka.

Di antara mereka mengadakan acara tandingan, yaitu Silaturahmi Purnawirawan TNI/Polri, Ormas Keagamaan dan Kepemudaan di Balai Kartini, Jakarta, gedung milik yayasan yang berafiliasi dengan TNI Angkatan Darat.

Di Jakarta dan beberapa kota lain di Jawa, tentara serta polisi bergerak menyisir berbagai tempat umum dan tempat usaha. Mereka mencari-cari atribut mirip palu-arit, merazia buku yang mempromosikan komunisme, serta menangkapi pemilik dan penyimpan barang tersebut.

Peristiwa itu, mengingatkan kejadian setengah abad lalu. Setelah gagalnya Gerakan 30 September 1965, tentara menangkap pimpinan dan aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI) di berbagai daerah.


Beberapa kelompok Islam ikut ambil bagian. Mereka marah karena sebelumnya aktivis PKI membunuh kiai dan santri di berbagai daerah. Banjir darah terjadi dimana-mana.

Setahun setelah tragedi itu, yakni 6 September 1966, Presiden Soekarno berpidato dihadapan delegasi Angkatan 45 yang datang ke Istana Merdeka.

Bung Karno menjelaskan bahwa dirinya menganjurkan Nasakom (nasionalis, agama dan komunis) karena ini adalah bagian dari objective realiteiten. Karena penjajahan, objective tidak boleh tidak timbul rasa nasionalisme hebat.

"Karena sociale verhoudingen, sociaal economische verhoudingen (keadaan sosial, keadaan sosial ekonomi) jelek. Bangsa kita ditindas ekonomis juga," katanya.

Mulai dari rumah gubuk, makan cuma satu kali satu hari, dan hidup hanya dengan sebenggol seorang sehari. Tidak boleh tidak, kata Soekarno, meskipun tidak ada Muso, tidak ada Alimin, tidak ada Aidit, tidak ada Nyoto, tidak ada seorang pun yang memimpin mereka, aliran sosialisme atau komunisme atau marxisme, pasti-pasti-pasti-pasti-pasti timbul.

Bung Karno lantas bertanya, dimana tempatnya komunisme lahir? Di mana tempatnya marxisme lahir? Di mana tempatnya sosialisme lahir? Apakah di gedung-gedung swasta di Kebayoran?

"Lahirnya itu di sini, di kampung-kampung yang gubuk-gubuknya bocor. Lahirnya itu di tempat-tempat dimana ibu-ibu tidak bisa memberi air susu cukup kepada anak-anaknya. Di mana anaknya itu telanjang, ngesot di tanah, karena tidak punya pakaian. Di situlah tempat lahirnya sosialisme atau marxisme atau komunisme. Kalau ingin menghilangkan komunisme, hilangkan ini gubuk-gubuk, ganti dengan rumah-rumah yang baik. Beri makan yang banyak, sandang-pangan yang cukup," katanya.

Pendek kata, ujar Bung Karno, kalau sociaal economische verhoudingen kita baik, tidak bisa komunisme tumbuh. "Tidak dengan cara menggorok orang-orang yang dinamakan komunis."

Soekarno mengatakan, sesudah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, ratusan orang digorok karena dituduh komunisme. "Jalannya untuk menghilangkan komunisme ialah perbaiki sociaal economische verhoudingen ini."

UWD

Baca juga:

Karyawati Diperkosa & Dibunuh: 31 Adegan, Pelaku Sempat Bercumbu
Pembunuhan Karyawati, Tersangka Pernah Belajar di Pesantren

Advertising
Advertising

Berita terkait

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

13 hari lalu

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita

Baca Selengkapnya

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

32 hari lalu

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

35 hari lalu

Harta Kekayaan Megawati, SBY, dan Jokowi Saat Akhir Menjabat Presiden RI, Siapa Paling Tajir?

Harta kekayaan Jokowi Rp 95,8 miliar selama menjabat. Bandingkan dengan harta kekayaan presiden sebelumnya, Megawati dan SBY. Ini paling tajir.

Baca Selengkapnya

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

38 hari lalu

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S

Baca Selengkapnya

Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

18 Februari 2024

Pendukung Bersorak Setiap Prabowo Sebut Nama Titiek Soeharto, Ini Profil Anak Keempat Presiden RI ke-2

Setiap kali Prabowo menyebut nama Titiek Soeharto, pendukungnya bersorak. Berikut profil pemilik nama Siti Hediato Hariyadi.

Baca Selengkapnya

Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

13 Februari 2024

Masa-masa Akhir Jabatan Presiden RI dari Sukarno hingga Jokowi, Beberapa Berakhir Tragis

Tujuh Presiden RI miliki cerita pada akhir masa jabatannya. Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi punya takdirnya.

Baca Selengkapnya

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.

Baca Selengkapnya

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

11 Januari 2024

Sejak Kapan Megawati Menjadi Ketua Umum PDIP?

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bisa disebut sebagai ketua umum partai terlama di negeri ini. Sejak kapan?

Baca Selengkapnya

Mengenang Gus Dur: Berikut Profil, Pemikiran, hingga Prosesi Pemakamannya

1 Januari 2024

Mengenang Gus Dur: Berikut Profil, Pemikiran, hingga Prosesi Pemakamannya

Genap 14 tahun kepergian Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Berikut kilas balik profil dan perjalanannya sebagai ulama dan presiden ke-4 RI.

Baca Selengkapnya