NU Lumajang Kaji Film Dokumenter Soal Visum 7 Jenderal

Reporter

Senin, 16 Mei 2016 17:51 WIB

Anggota PKI sedang menyiksa dan menawan Mayjen S Parman, Mayjen Suprapto, Brigjen Sutoyo dan Lettu Pierre Tendean di serambi rumah di dalam Monumen Lubang Buaya Jalan Raya Pondok Gede, Jakarta Timur, 4 Juli 2012. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Lumajang - Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Samsul Huda, mengatakan sedang mengkaji soal pemutaran film dokumenter tentang hasil visum et repertum tujuh jenderal Pahlawan Revolusi. "Anak-anak muda sekarang sudah mulai kritis terhadap sejarah," kata Samsul, Senin, 16 Mei 2016.

Samsul belum bisa menentukan apakah film tersebut bisa diputar atau tidak dalam forum NU. Semula dia mempertimbangkan memutar dokumenter itu saat peringatan hari ulang tahun NU dengan menggelar sejumlah acara. "Salah satunya adalah diskusi. Namun tema diskusinya belum kami tentukan," kata Samsul.

Menurut dia, sepanjang materi film dokumenter tersebut tidak menyebarkan ajaran komunisme, pihaknya tidak akan mempermasalahkan. "Namun kalau isinya adalah ajakan dan menyebarkan ajaran komunisme, jelas tidak akan kami putar karena TAP MPRS soal larangan ajaran komunisme belum dicabut," katanya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, film dokumenter itu berdurasi sekitar 30 menit dan disutradarai Dandhy D. Laksono, seorang jurnalis dan aktivis. Materi film berhubungan dengan ditemukannya hasil visum terhadap jenazah tujuh jenderal pembunuhan pada 30 September-1 Oktober 1965 di Lubang Buaya, Jakarta Timur, yang berbeda dengan pemberitaan di media-media pada zaman itu.

Terdapat wawancara dengan Arief Budianto alias Lim Joey Thay, salah satu dokter visum jenderal korban G30S; Amelia A. Yani, putri almarhum Jenderal A. Yani; Dr Djaja Surya Atmaja, murid Lim Joey Tay; Jaleswari Pramodhawardani, seorang peneliti; dan bekas Kepala ANRI Djoko Utomo. Ada sebuah kutipan dari dr Lim Joey Thay terkait dengan hasil visum yang ditirukan muridnya, yakni Dr Djaja Surya Atmaja.

Kutipan itu dr Lim di saat kegundahan tim dokter autopsi saat hendak melaporkan hasil autopsi terhadap jenazah jenderal korban G30S. Kutipan itu berbunyi, "Kita ada di sini karena kehendak Tuhan. Tuhan yang membuat kita ada di sini. Sebagai dokter, kita disumpah, kita hanya ngomong yang benar. Kita harus ngomong yang benar, tulis apa adanya, serahkan pada yang meminta. Kalau misalnya hasil kita tidak diterima, dan bahkan kita dipenjara sekali pun, ya kita terima. Itu mungkin risiko kita, tetapi jangan berbohong sebagai dokter."

DAVID PRIYASIDHARTA

Berita terkait

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.

Baca Selengkapnya

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

28 September 2023

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Menjelang meletusnya G30S 1965, situasi politik sangat tegang. PKI dan TNI bersitegang soal angkatan kelima.

Baca Selengkapnya

Manuver Merebut Suara NU

2 September 2023

Manuver Merebut Suara NU

Dipilihnya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar disebut-sebut untuk mengerek elektabilitas mereka dengan mendulang suara NU.

Baca Selengkapnya

Profil Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB yang Didukung Jadi Capres atau Cawapres 2024

24 Juli 2023

Profil Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB yang Didukung Jadi Capres atau Cawapres 2024

Muhaimin Iskandar alias Cak Imin didukung sebagai bakal capres maupun cawapres oleh kiai dan santri. Berikut profil Muhaimin Iskandar.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

5 Mei 2023

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

Pemikiran Karl Marx dituangkan pada sejumlah buku, dua di antaranya adalah Das Kapital dan Communist Manifesto.

Baca Selengkapnya

Sahur Bersama Menag, Gus-gus Se-Jawa Berikrar Siap Berdayakan NU Demi Kemaslahatan Umat

16 April 2023

Sahur Bersama Menag, Gus-gus Se-Jawa Berikrar Siap Berdayakan NU Demi Kemaslahatan Umat

Para putra kiai pesantren siap mengabdikan diri secara aktif dalam rangka memberdayakan NU agar bisa terus memberikan kemaslahatan yang luas

Baca Selengkapnya

Pesan Yandri Susanto saat Pelantikan PC/PAC Fatayat NU

5 Maret 2023

Pesan Yandri Susanto saat Pelantikan PC/PAC Fatayat NU

Yandri meminta Fatayat NU menjalankan dakwah dengan sejuk, sekaligus mensosialisasikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Baca Selengkapnya

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

26 Februari 2023

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

Tan Malaka salah satu pahlawan nasional, dengan banyak nama. Pemikirannya tentang konsep bangsa Indonesia diserap Sukarno - Hatta.

Baca Selengkapnya

Lobi Menjelang Vonis Mati Ferdy Sambo

19 Februari 2023

Lobi Menjelang Vonis Mati Ferdy Sambo

Sebelum vonis dijatuhkan, berbagai lobi dilancarkan untuk meringankan hukuman Ferdy Sambo.

Baca Selengkapnya

Indicting Indosurya, Again

13 Februari 2023

Indicting Indosurya, Again

THE West Jakarta District Court acquitted the owner of Indosurya Saving and Loan Cooperative, Henry Surya, despite ...

Baca Selengkapnya