Razia Atribut PKI, Komnas HAM: Itu Takut yang Berlebihan  

Reporter

Kamis, 12 Mei 2016 15:37 WIB

Polisi berjaga saat massa Front Pancasila melakukan aksi demo menolak diselenggarakan Simposium Membedah Tragedi 1965 di Jakarta, 18 April 2016. Front Pancasila menilai simposium dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan legitimasi bahwa PKI adalah sebagai korban pelanggaran HAM. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia M. Imdadun Rahmat mengatakan ketakutan pemerintah terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) sedikit berlebihan. Karena ketakutan itu, kata dia, pemerintah memberangus semua simbol, atribut, dan ajaran yang berbau PKI.

"Ketakutan bangkitnya PKI itu real atau ilusi? Dalam banyak kajian para ahli, itu ilusi. Wong PKI sudah bangkrut, kok," kata Imdadun seusai acara diskusi di kampus Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta Selatan, Kamis, 12 Mei 2016.

Imdadun melihat razia atribut PKI yang gencar dilakukan TNI dan polisi belakangan ini adalah karena trauma terhadap kebangkitan PKI seperti peristiwa pemberontakan PKI pada 1948 di Madiun. Ia pun menilai ketakutan tersebut sebagai langkah mundur terhadap upaya rekonsiliasi pemerintah kepada korban peristiwa 1965. "Karena ketakutan ini membuat kita mundur lagi dari beberapa langkah maju yang sudah pemerintah buat untuk kasus 1965," katanya.

Dalam dua hari terakhir, TNI dan Polri gencar merazia semua atribut, simbol, dan buku yang berbau komunis di berbagai daerah. Misalnya, Rabu kemarin, tentara dari Kodim 1501 Ternate menangkap empat aktivis Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) karena menyimpan kaus dan buku yang diduga berbau paham komunis.

Imdadun meminta pemerintah mengklarifikasi secara serius razia atribut yang berbau paham komunis di berbagai daerah tersebut. Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2010-2015 ini juga meminta pemerintah menyelesaikan masalah tersebut secara bermartabat. “Ini jadi kewajiban pemerintah agar suasana lebih baik ke depannya," katanya.

Selasa lalu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto mengatakan kepolisian masih mendalami maraknya penggunaan atribut berbau komunis di berbagai daerah. "Sesuai dengan perintah Kapolri, ini harus didalami. Jangan sampai ada pihak yang memanfaatkan situasi untuk menyebarkan paham tertentu," kata Agus. Ia mengaku belum mengetahui jumlah orang yang terjaring dari razia atribut karena beberapa kasus berada di daerah.

ARIEF HIDAYAT

Berita terkait

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

10 Desember 2023

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

Peringatan Hari Hak Asasi Manusia Sedunia ke-75 menghadirkan tema dan konsep berbeda di Indonesia, berikut ini tema dan isi deklarasinya.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.

Baca Selengkapnya

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

28 September 2023

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Menjelang meletusnya G30S 1965, situasi politik sangat tegang. PKI dan TNI bersitegang soal angkatan kelima.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

5 Mei 2023

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

Pemikiran Karl Marx dituangkan pada sejumlah buku, dua di antaranya adalah Das Kapital dan Communist Manifesto.

Baca Selengkapnya

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

26 Februari 2023

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

Tan Malaka salah satu pahlawan nasional, dengan banyak nama. Pemikirannya tentang konsep bangsa Indonesia diserap Sukarno - Hatta.

Baca Selengkapnya

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

7 Januari 2023

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

PM Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan tak akan menerima LGBT, sekularisme, dan komunisme di pemerintahannya. Ia mengatakan telah difitnah.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

29 November 2022

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

Juru Bicara Tim Sosialisasi RKUHP, Albert Aries mengatakan pasal 188 tidak akan mencederai kebebasan berpikir dan berpendapat.

Baca Selengkapnya

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

29 November 2022

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

Anggota DPR Komisi Hukum Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari, menilai perlu ada tafsir ketat terhadap pasal 188 RKUHP.

Baca Selengkapnya

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

26 September 2022

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

G30S menjadi salah satu peristiwa kelam perjalanan bangsa ini. Berikut situasi-situasi menjadi penyebab peristiwa itu, termasuk dampak setelah G30S.

Baca Selengkapnya

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

22 September 2022

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

Mengapa Suciwati kecewa cara penyelesaikan kasus pembunuhan Munir dan pelanggaran HAM berat lain di era Jokowi?

Baca Selengkapnya