Menteri Siti Nurbaya Gandeng Akademikus Atasi Perubahan Iklim

Reporter

Editor

Suseno TNR

Rabu, 11 Mei 2016 00:36 WIB

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 20 April 2016. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Bogor - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengapresiasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bersama perguruan tinggi di Indonesia yang melakukan serta menerapkan hasil riset terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Menurut dia, hasil riset itu dapat memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat.

Hal itu disampaikan Siti saat menghadiri acara Lokakarya Nasional Pengarusutamaan Isu Perubahan Iklim ke Dalam Pengembangan Pendidikan Tinggi dan Kebijakan Riset Nasional. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kemenristek Dikti bersama IPB, UI, ITB, dan UGM, serta bekerja sama dengan Kementerian LHK dan UNDP serta Asosiasi Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK) pada Selasa, 10 Mei 2016 di IPB International Convention Center, Bogor.

"Sebab, perubahan iklim dan dampaknya sudah nyata terjadi di muka bumi ini," ujar Siti Nurbaya melalui siaran pers yang diterima Tempo.

Siti menuturkan dampak perubahan iklim yang telah terjadi antara lain hilangnya pulau di kawasan Pasifik akibat naiknya muka air laut. Karenanya, 350 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Selain itu, ia menyebutkan dampak lain, seperti banjir dan badai laut serta turbulensi pesawat yang kian sering terjadi akhir-akhir ini.

"Karena itu, peran akademikus dan lembaga riset dibutuhkan dalam pengambilan kebijakan," katanya.

Siti juga menyatakan, dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu perubahan iklim, dibutuhkan peran akademikus. Pasalnya, agenda perubahan iklim di seluruh dunia sangat jelas memerlukan dukungan keilmuan.

Kementerian LHK, selaku Focal Point untuk UNFCCC, kata Siti, telah menyusun serangkaian rencana dalam rangka ratifikasi Paris Agreement melalui proses aspiratif. Proses tersebut sangat memerlukan peranan akademikus dan stakeholder.

Untuk memfasilitasi akademikus dan stakeholder dalam upaya pelembagaan mainstream perubahan iklim, Kementerian LHK mengembangkan agenda dan forum diskusi Pojok Iklim dan Balai Kliring.

"Kedua forum ini akan menjembatani banyak hal, seperti dokumen politik internasional dan aktualisasi kerja di lapangan, terminologi scientific dan hal-hal riil di masyarakat, terminologi dan metode ilmiah, serta implementasi keseharian," katanya.

INGE KLARA SAFITRI




Berita terkait

Cegah Kecurangan Seperti Tahun Lalu, Kota Bogor Rumuskan Kebijakan Baru untuk PPDB 2024

1 hari lalu

Cegah Kecurangan Seperti Tahun Lalu, Kota Bogor Rumuskan Kebijakan Baru untuk PPDB 2024

Tahun lalu, pelaksanaan PPDB di Kota Bogor menjadi sorotan karena ditemukan kecurangan berupa manipulasi data KK

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

10 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

12 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

15 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

17 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

18 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Eks Manajer Restoran Hotman Paris yang Bawa Kabur Uang Rp172 Juta

18 hari lalu

Polisi Tangkap Eks Manajer Restoran Hotman Paris yang Bawa Kabur Uang Rp172 Juta

Tersangka berinisial FA diduga membawa kabur uang di restoran Hotmen milik pengacara Hotman Paris

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

18 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

19 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

26 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya