TEMPO.CO, Jakarta - The International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) akan merilis data Panama Papers kepada publik, Senin, 9 Mei 2016. Direktur ICIJ Marina Walker Guevara mengungkapkan publikasi secara luas itu hanya akan menayangkan informasi paling mendasar dari sebuah perusahaan.
“Kami tak akan merilis 11,5 juta dokumen yang ada pada basis data kami,” kata Marina saat wawancara eksklusif dengan Tempo via Skype, Jumat dinihari pekan lalu. Wawancara lengkap dengan Marina bisa dibaca di majalah Tempo edisi 2-8 Mei 2016.
Marina menambahkan bahwa dokumen yang bisa diakses publik hanya terkait dengan nama perusahaan dan pemegang saham. ICIJ tak akan merilis data yang menyangkut profil pribadi.
Dengan demikian, dia menjelaskan, publik tak akan memperoleh catatan rekening bank, transaksi keuangan, surat elektronik, paspor, nomor telepon, dan dokumen korespondensi lainnya. “Informasi yang dipilih dan diterbitkan terbatas untuk kepentingan umum,” dia menjelaskan.
Panama Papers merupakan proyek liputan investigasi global yang dikerjakan sekitar 400 jurnalis dari 80 negara yang tergabung dalam ICIJ. Mereka menyelidiki jutaan dokumen finansial dari sebuah firma hukum asal Panama yang bocor, sehingga mengungkap jejaring korupsi dan kejahatan pajak para kepala negara, agen rahasia, atlet, pesohor, sampai buronan, yang disembunyikan di surga bebas pajak.
Jurnalisme Berbasis Data dan Komputasi serta Perannya dalam Era Digital
23 Juli 2022
Jurnalisme Berbasis Data dan Komputasi serta Perannya dalam Era Digital
Untuk menghasilkan produk jurnalistik berbasis data dan komputasi, media harus meningkatkan kapasitas jurnalisnya dalam hal pemahaman data dan penggunaan piranti komputer atau aplikasi web
Offshore Leaks menginisiasi kolaborasi investigasi lintas benua yang melahirkan produk investigasi berbasis data seperti Panama Papers (2016), Bahama Leaks (2016), Paradise Papers (2017&2018) dan Pandora Papers (2021)