Wapres Kalla Bicara Soal Moratorium Pemekaran Wilayah

Reporter

Editor

Pruwanto

Selasa, 26 April 2016 16:47 WIB

Ekspresi Wakil Presiden Jusuf Kalla saat mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, 25 April 2016. Dari lawatan ke empat negara Eropa, total investasi yang bisa diboyong ke Indonesia mencapai US$ 20,5 miliar atau setara Rp 266,5 triliun. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan kembali sikap pemerintah soal moratorium pemekaran wilayah. Pembentukan wilayah baru bisa dilakukan apabila pertumbuhan ekonomi sudah mencapai tujuh pesen.

"Intinya kami efisien dulu sampai mencapai pertumbuhan 7 persen, baru setelah itu kami berpikir apakah masih perlu (pemekaran) atau tidak," kata Kalla dalam pembukaan Institute Otonomi Daerah, Selasa 26 April 2016, di Hotel Sahid, Jakarta. Pemerintah baru bisa merealisasikan pertumbuhan ekonomi di angka 4,73 persen tahun lalu.

Kalla mengatakan ongkos pemekaran wilayah cukup besar, di sisi lain dampaknya pada peningkatan kesejahteraan rakyat tak terlalu terlihat. Dia menyebutkan, pada zaman sebelum reformasi, anggaran pengeluaran di APBN hanya Rp 200 triliun. Anggaran pembangunan nasional lebih dari 50 persen. Saat ini, APBN mencapai Rp 2 ribu triliun atau naik 10 kali lipat, namun alokasi anggaran kurang dari 20 persen. "Secara persentase rendah walaupun secara nominal kelihatannya tinggi," kata Kalla.

Menurut Kalla, beban pemerintahan terlalu besar, terutama untuk daerah. Pada 2006, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, serta dana lain yang ditransfer ke daerah mencapai Rp 220 triliun. Untuk 2016, transfer dana-dana mencapai Rp 770 triliun atau naik Rp 350 triliun. Namun, laju pertumbuhan ekonomi hanya sekitar lima persen.

"Kenapa itu terjadi, anggaran naik tapi pertumbuhan ekonomi tidak selaju kenaikan anggaran?" kata Kalla. Artinya, Kalla melanjutkan, memang dana-dana tersebut banyak digunakan untuk biaya operasional.

Dia bercerita ada daerah yang anggaran produktifnya sampai 80-90 persen, tapi ada yang PAD-nya hanya 5 persen dari APBN. Dana tersebut digunakan untuk membangun kantor baru, rumah jabatan baru, dan mobil baru. "Padahal tujuan pembangunan adalah kesejahteraan rakyat. Rakyat perlu peningkatan pertanian, perlu bibit, perlu pengairan. Pejabat perlu kantor, lalu didahulukan kantornya bukan rakyatnya," kata Kalla.

Inilah, kata Kalla, yang membuat pemerintah memutuskan dua hal, yaitu moratorium PNS baru dan moratorium pemekaran wilayah. Dia mengingatkan keinginan pemekaran wilayah jangan dilakukan hanya karena kalah dalam pemilihan kepala daerah. Ada juga usulan pemekaran wilayah disarai gubernur yang meneken karena alasan takut didemo. "Jadi semua sampah dibawa ke pusat. Di daerah sudah ditandatangani, padahal (gubernur) tidak mau, hanya terpaksa saja," kata Kalla.

Karena itu, pemerintah tegas menyatakan tidak ada pemekaran sejak awal. "Daripada ada korban, maka kami umumkan saja sekalian sekarang, tidak ada pemekaran. Jadi silakan demo, tapi intinya tidak ada pemekaran. Itu saja," kata Kalla.

Efektivitas pemekaran, Kalla mengatakan, sebetulnya desa sekarang sudah menjadi semi otonomi dengan pemberian dana desa. "Jadi apalagi? Sudah sentralnya di desa," kata dia.

Kementerian Dalam Negeri mencatat selama periode 2009-2014, masih ada 87 usulan Daerah Otonomi Baru (DOB) yang belum diproses di DPR. Namun kemudian masuk lagi usulan DOB sebanyak 199. Namun belakangan, pemerintah menegaskan sikap untuk malakukan moratorium pemekaran wilayah atau DOB.

AMIRULLAH

Berita terkait

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

12 jam lalu

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

Hamas meminta bantuan dari Jusuf Kalla agar menjadi mediator guna mengakhiri perang dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

11 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

12 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

14 hari lalu

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.

Baca Selengkapnya

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

15 hari lalu

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

"Saya tidak ada niat, saya mencintai umat Muslim. Saya minta maaf," kata Gilbert Lumoindong

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

26 hari lalu

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

Open house yang diadakan oleh JK dihadiri oleh Anies Baswedan, Hamdan Zoelva, hingga Tom Lembong selaku perwakilan koalisi perubahan.

Baca Selengkapnya

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

26 hari lalu

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

Jusuf Kalla menilai positif kunjungan Roeslan Roeslani ke rumah Megawati Soekarnoputri. Soal rekonsiliasi nasional, ia menilai ada banyak waktu lain.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

26 hari lalu

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

Anies Baswedan bersamuh dengan Jusuf Kalla pada hari pertama Lebaran. Mengaku tak bicara soal politik.

Baca Selengkapnya

Usai Salat Id di Masjid Al Azhar, JK Terima Kunjungan Tokoh di Rumahnya Besok

27 hari lalu

Usai Salat Id di Masjid Al Azhar, JK Terima Kunjungan Tokoh di Rumahnya Besok

Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) akan merayakan hari raya Idul Fitri 1445 H atau 2024 M di Jakarta. Rencananya, JK juga akan menerima kunjungan para kolega di kediaman pribadinya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Lebaran, Anies Baswedan Gelar Open House di Rumahnya hingga Sowan ke JK

27 hari lalu

Lebaran, Anies Baswedan Gelar Open House di Rumahnya hingga Sowan ke JK

Calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan, bakal merayakan lebaran tahun ini di Jakarta. Rencananya, Anies akan salat id di masjid dekat rumahnya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Setelah itu, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut akan bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh partai politik pengusungnya dan para politikus senior.

Baca Selengkapnya