Puluhan Warga Tuban Meninggal, Komnas HAM Temukan Penyebabnya

Reporter

Rabu, 20 April 2016 15:55 WIB

TEMPO/Panca Syurkani

TEMPO.CO, Tuban - Pemerintah Kabupaten Tuban, Jawa Timur, tak mempermasalahkan upaya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyelidiki kematian beruntun puluhan warga Desa Karanglo, Kecamatan Kerek, sepanjang Januari-Maret 2016. Komnas HAM menyelidiki kasus tersebut selama empat hari pada pekan lalu. ”Kerja Komnas HAM profesional,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban dr Syaiful Hadi, Rabu, 20 April 2016.

Menurut Syaiful, selama mencari data di lapangan, tim Komnas HAM, yang terdiri atas empat orang, didampingi petugas Dinas Kesehatan, perangkat Desa Karanglo, dan petugas Kecamatan Kerek. Mereka juga dibantu Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penyakit Menular (BBTKLPM) Surabaya.

BBTKLPM bertugas mengukur suhu udara, kelembapan, dan kualitas lingkungan. Semula disebutkan bahwa kematian beruntun warga berkaitan dengan polusi debu di Karanglo, yang merupakan area ring satu PT Pabrik Semen Indonesia. "Hasil penelitian itu baru selesai 1,5 bulan mendatang," ucap Syaiful.

Komnas HAM, kata dia, mendatangi satu per satu keluarga warga yang meninggal. Komnas mengecek kematian itu karena sakit atau memang sudah tua. "Hasilnya, yang meninggal sesuai data di buku kematian Desa Karanglo ada 28 orang selama 90 hari pada Januari-Maret," ucapnya.

Ihwal data awal yang menyebutkan jumlah warga meninggal sebanyak 61 orang dalam jangka waktu 45 hari, menurut Syaiful, hal itu karena salah pengucapan Kepala Desa Karanglo. Sebab, setelah dilakukan pendataan, jumlahnya tidak sebanyak itu. “Mungkin kepala desa salah ucap,” ujarnya.

Dari hasil penelitian sementara, penyebab kematian ialah usia lanjut, hipertensi, stroke, dan lainnya. Adapun yang meninggal karena penyakit paru-paru hanya dua orang. "Semua anggota tim membubuhkan tanda tangan, lalu datanya dibawa Komnas HAM ke Jakarta," kata Syaiful.

Sekretaris PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Agung Wiharto membantah kabar bahwa kematian tersebut disebabkan oleh pengaruh polusi udara dari pabrik semen. Menurut dia, lokasi pabrik berjarak sekitar 2 kilometer dari Karanglo. Selain itu, di desa tersebut terdapat penambangan batu kapur untuk bahan baku semen. ”Perusahaan rutin melakukan kegiatan kesehatan ke masyarakat, yakni dua-tiga kali," katanya.

Semen Tuban, Agung menambahkan, memiliki electrostatic precipitator buatan Jerman yang berfungsi menangkap debu. Di area pabrik juga dilengkapi bag house filter yang berfungsi menahan debu agar tidak menyebar.

Menurut Agung, kadar kualitas udara di lingkungan Pabrik Semen Tuban di bawah 50 miligram normal per meter kubik. Ukuran itu masih jauh dari ambang batas yang ditetapkan pemerintah, yaitu 80 miligram normal per meter kubik. “Prinsipnya, kami terbuka untuk dicek,” ujarnya.

SUJATMIKO

Berita terkait

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

18 jam lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

19 jam lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

1 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

5 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

11 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

33 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

BNPB Catat 143 Kepala Keluarga Terdampak Gempa Tuban, 4 Rumah Sakit Rusak

40 hari lalu

BNPB Catat 143 Kepala Keluarga Terdampak Gempa Tuban, 4 Rumah Sakit Rusak

BNPB mengatakan, gempa Tuban juga mengakibatkan sejumlah infrastruktur alami kerusakan yang bervariasi.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

48 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya

Pendapatan Semen Indonesia Tembus Rp 38,65 Triliun Sepanjang 2023

49 hari lalu

Pendapatan Semen Indonesia Tembus Rp 38,65 Triliun Sepanjang 2023

PT Semen Indonesia mencatat pendapatan sebesar Rp 38,65 triliun pada 2023 atau meningkat 6,2 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

50 hari lalu

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.

Baca Selengkapnya